السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Pada kesempatan kali ini saya akan mengulas sebagian kecil dari kisah mengenai renovasi Ka'bah di jaman Rasullulahﷺ yang kini semakin bertambah banyak orang yang datang untuk melakukan ibadah haji di sana, dan saya berdoa untuk para pembaca di blog ini agar kita semua diberikan kesempatan untuk dapat datang ke Baitullah yang merupakan pusat/kiblat selurut umat Islam di seluruh dunia memenuhi kewajiban rukun Islam yang ke-5. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
Dari kutipan "Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri hal.57."
Ka'bah pada saat itu berupa susunan batu-batu yang lebih tinggi dari badan manusia. Tepatnya sembilan hasta yang dibangun sejak masa Is'mailعليه السلام tanpa ada atapnya, sehingga banyak pencuri yang suka mengambil barang-barang berharga yang tersimpan didalamnya.
Dengan kondisi seperti itu, bangunan Ka'bah semakin rapuh dan dindingnya pun sudah pecah-pecah.
Dengan keadaan Ka'bah yang seperti inilah maka orang-orang Quraisy sepakat untuk merenovasi Ka'bah, pada saat itu Muhammadﷺ berusia tiga puluh lima tahun.
Dan lima tahun sebelum masa kenabian.
Makkah dilanda banjir besar hingga meluap ke Baitul-Haram, sehingga sewaktu-waktu bisa membuat Ka'bah runtuh.
Sementara itu, orang-orang Quraisy dihinggapi perasaan bimbang antara merenovasi Ka'bah dan membiarkan seperti adanya. Namun akhirnya mereka sepakat untuk tidak memasukkan bahan-bahan bangunan, kecuali yang baik-baik.
Mereka tidak menerima masukan upah dari pelacur, jual-beli dengan sistem riba dan rampasan terhadap harta orang lain. Sekalipun begitu mereka merasa sangat takut untuk merobohkannya.
Akhirnya Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makhzumi mengawali perobohan bangunan Ka'bah, lalu diikuti semua orang, setelah tahu tidak ada sesuatu apapun yang menimpa Al-Walid. Mereka terus bekerja merobohkan setiap bangunan Ka'bah hingga sampai rukun Ibrahim. Setelah itu mereka siap membangunnya kembali.
Mereka membagi sudut-sudut Ka'bah dan mengkhususkan setiap Kabilah dengan bagiannya sendiri-sendiri. Setiap Kabilah mengumpulkan batu-batu yang baik dan mulai membangun.
Yang bertugas menangani urusan pembangunan Ka'bah ini adalah seorang arsitek kebangsaan Romawi yang bernama Baqum (Pachomius).
Perselisihan saat peletakan Hajar Aswad
Renovasi bangunan Ka'bah sudah sampai pada bagian Hajar Aswad, mereka saling berselisih tentang siapa yang berhak mendapatkan kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ditempatnya semula.
Perselisihan ini terus berlanjut selama empat atau lima hari tanpa ada kesepakatan. Bahkan perselisihan ini semakin meruncing dan hampir saja menjurus kepada pertumpahan darah di tanah suci.
Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi tampil dan menawarkan jalan keluar dari perselisihan diantara mereka, dengan menyerahkan urusan ini kepada siapapun yang pertama kali memasuki pintu masjid (tempat sujud), dan mereka menerima cara itu.
Allah menghendaki orang yang berhak tersebut adalah Rasulullahﷺ. Tatkala mengetahui hal ini, mereka pun berbisik, "inilah Al-Amin, kami ridha kepadanya. Inilah dia Muhammad."
Setelah mereka semua berkumpul disekitar beliau dan mengabarkan apa yang harus beliau lakukan, maka Rasulullahﷺ meminta sehelai selendang, lalu beliau meletakkan Hajar Aswad tepat ditengah-tengah selendang, lalu meminta pemuka-pemuka kabilah yang berselisih itu untuk memegang ujung-ujung selendang, lalu memerintahkan mereka secara bersama-sama mengangkatnya.
Setelah mereka mendekati tempatnya, Rasulullahﷺ mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya ditempat semula.
(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri hal.53)
Berdasarkan sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 12/192-197.
Ka'bah itu berbentuk segiempat yang ketinggiannya mencapai 15m, panjang sisinya di tempat Hajar Aswad dan sebaliknya adalah 10 × 10 m, Hajar Aswad itu sendiri diletakkan dengan ketinggian 1,5m dari permukaan pelataran tempat tawaf. Sisi yang ada pintunya dan sebaliknya setinggi 12m, adapun pintunya setinggi 2m dari permukaan tanah.
Di sekeliling luar Ka'bah ada pagar dari bagian bawah ruas-ruas bangunan dibagian tengahnya dengan ketinggian 1/4m dan lebarnya kira-kira 1/3m.
Pagar ini dinamakan Asy-Syadzarawan. Namun kemudian orang-orang Quraisy meninggalkannya.
Demikianlah sekilas kutipan yang saya postingkan pada kali ini untuk semua pengunjung di blog saya ini. Insya Allah, semoga kita termasuk golongan orang-orang yang di rahmati Allahﷻ dan senantiasa dalam lindungannya.
Demikianlah sekilas kutipan yang saya postingkan pada kali ini untuk semua pengunjung di blog saya ini. Insya Allah, semoga kita termasuk golongan orang-orang yang di rahmati Allahﷻ dan senantiasa dalam lindungannya.
آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ