2018-01-21

Sedikit penjelasan tentang pembagian wahyu


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم



Ibnu Qayyim menyebutkan tingkatkan-tingkatan wahyu, yaitu:

  1. Mimpi yang hakiki. Ini merupakan permulaan wahyu yang turun kepada Nabi Muhammadﷺ.

  2. Apa yang di susupkan ke dalam jiwa dan hati beliau, tanpa dilihatnya, sebagaimana yang dikatakan Muhammadﷺ, "sesungguhnya Ruhul-Qudus menghembuskan kedalam diriku, bahwa suatu jiwa sama sekali tidak akan mati hingga disempurnakan rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah, baguskan dalam meminta, dan janganlah kalian menganggap lamban datangnya rezeki, sehingga kalian mencarinya dengan cara mendurhakai Allah, karena apa yang ada disisi Allah tidak akan bisa diperoleh kecuali dengan mentaati-Nya.

  3. Malaikat muncul dihadapan Rasulullahﷺ dalam rupa seorang laki-laki, lalu berbicara dengan beliau hingga beliau bisa menangkap secara langsung apa yang dibicarakannya. Dalam tingkatan ini kadang-kadang para sahabat juga dapat melihatnya.

  4. Wahyu itu datang menyerupai gemerincing lonceng. Ini merupakan wahyu yang paling berat dan malaikat tidak terlihat oleh pandangan Nabi Muhammadﷺ hingga dahi beliau berkerut mengeluarkan keringat sekalipun pada waktu yang sangat dingin dan hingga hewan tunggangan beliau menderum ke tanah jika beliau sedang menaikinya. Wahyu seperti ini pernah datang tatkala paha beliau berada di atas Zaid bin Tsabit, sehingga Zaid merasa keberatan dan hampir saja tidak kuat menyangganya.

  5. Nabi Muhammadﷺ bisa melihat malaikat dalam rupa aslinya, lalu menyampaikan wahyu seperti yang dikehendaki Allah kepada beliau.
    Wahyu seperti ini pernah datang dua kali, sebagaimana yang disebutkan Allah di dalam surat An-Najm.

  6. Wahyu yang disampaikan Allah kepada beliau, yaitu di atas lapisan-lapisan langit pada  malam Mi'raj yang berisi kewajiban shalat dan lain-lainnya.

  7. Allah berfirman secara langsung dengan nabi Muhammadﷺ tanpa menggunakan perantara, sebagaimana Allah berfirman kepada Musa bin Imran.
    Wahyu semacam ini pasti berlaku bagi Musa berdasarkan nash Al-Qur'an dan menurut penuturan beliau dalam hadits tentang Isra'.

Sebagian pakar menambahi dengan tingkatan wahyu yang kedelapan, yaitu Allah berfirman langsung dihadapan beliau tanpa ada tabir. Ini termasuk masalah yang di pertentangkan orang-orang shalaf maupun khalaf.

Begitulah uraian singkat tentang tingkatan-tingkatan wahyu, dari yang pertama hingga kedelapan. Namun yang pasti, tingkatan yang terakhir ini merupakan pendapat yang tidak kuat.


(Zadul-Ma'ad, 1/18).

(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri hal.67-68).

Jibril turun membawa wahyu untuk kedua kalinya


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم


Artikel saya pada kali ini adalah mengenai turunnya Malaikat jibril untuk yang kedua kalinya kepada Nabi Muhammadﷺ yang saya kutip dari buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, yang saya sajikan untuk pebaca di blog saya ini.

Ibnu Hajar menuturkan, selama wahyu terputus untuk beberapa hari lamanya, beliau ketakutan dan berduka, namun kedukaannya segera sirna dan kembali seperti sebelumnya tatkala bayang-bayang kebingungan mulai surut, tanda-tanda kebenaran mulai membias, dan beliau menyadari secara yakin bahwa kini beliau benar-benar menjadi seorang nabi Allah yang Mahabesar dan Mahatinggi, bahwa yang mendatangi beliau adalah duta pembawa wahyu yang menyampaikan pengabaran langit, kegelisahan dan penantiannya terhadap kedatangan wahyu merupakan sebab keteguhan hatinya jika wahyu itu datang lagi, maka Jibril datang lagi untuk kedua kalinya.



Al-Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa dia pernah mendengar dari Rasulullahﷺ menuturkan masa turunnya wahyu. Beliau bersabda, 
"Tatkala aku sedang berjalan, tiba-tiba ku dengar sebuah suara yang berasal dari langit. Aku mendongakkan kepala kearah langit. Ternyata di sana ada malaikat yang mendatangi ku di gua Hira," sedang duduk di sebuah kursi yang menggantung di antara langit dan bumi. Aku mendekatinya hingga tiba-tiba aku terjerembab ke atas tanah. Kemudian aku menemui keluargaku, dan ku katakan, "Selimutilah aku, Selimutilah aku." 
Lalu Allah menurunkan surat Al Muddatstsir: 1-5,


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

(1). يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
Hai orang yang berkemul (berselimut),

(2). قُمْ فَأَنْذِرْ
bangunlah, lalu berilah peringatan!

(3). وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
dan Tuhanmu agungkanlah,

(4). وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
dan pakaianmu bersihkanlah,

(5). وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah,


Setelah itu wahyu datang secara berturut-turut.

(Shahihul-Bukhari, Kitabut-Taf'sir, bab-Rujza Fahjar, 2/733)
(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri hal. 66-67)

Demikian rahasia kebangkitan Risalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang diawali dengan kelahiran beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian dilanjutkan dengan turunnya wahyu yang pertama ketika akhir usia beliau yang ke 39, kemudian wahyu yang kedua turun ketika usia beliau tepat mencapai 40 tahun, dan terus wahyu Allah subhanahu wata’ala turun kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam hingga beliau berjuang selama 13 tahun di Makkah, kemudian hijrah ke Madinah Al Munawwarah selama 10 tahun, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meninggalakan Madinah dan kaum muslimin untuk menghadap Allah subhanahu wata’ala.



Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam wafat dan meninggalkan dunia namun rahasia keluhuran beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sirna dari zaman ke zaman dan hingga malam hari ini kita masih berada dalam naungan cahaya kebangkitan risalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.




Maka, malam 17 Ramadhan adalah malam pertama diturunkannya ayat-ayat Al qur’an dan di malam itu juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa untuk kemenangan Ahlu Badr Al Kubra yang terjadi pada tahun ke 2 H, kurang lebih 15 tahun setelah wahyu pertama (QS. Al ‘Alaq : 1-5 ) turun kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.




Semoga Allah subhanahu wata’ala memuliakan kita dengan Rahasia kemuliaan bulan Ramadhan. Maka perindahlah siang-siang hari kita di bulan Ramadhan ini dengan puasa dan ibadah lainnya, serta hiasilah dan sempurnakan malam-malamnya dengan memperbanyak shalat tarawih dan membaca Al qur’an.




Cukuplah bagi kita untuk melewati kehidupan kita ini dengan permainan, karena hakikat kehidupan dunia adalah permainan.
Firman Allah,


وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”.

(QS. Al An’aam : 32)

Demikanlah sedikit kisah mengenai turunnya Malaikat JIbril untuk kedua kalinya kepada Rasullulahﷺ yang telah dikisahkan oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam bukunya yang berjudul Sirah Nabawiyah.

Semoga apa yang sudah saya postingkan ini dapat menjadi salah satu penambah wawasan pengetahuan kita dalam memahami Islam secara keseluruhan terutama dapat menambahkan rasa cinta kita kepada Rasullulahﷺ.

Featured Post

Kisah Perjuangan Rasululahﷺ Dalam Berdakwah