Showing posts with label Kisah Dakwah Rasulullahﷺ. Show all posts
Showing posts with label Kisah Dakwah Rasulullahﷺ. Show all posts

2018-02-11

Rasulullahﷺ (Dakwah secara Terang-terangan) bag.2

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Melanjutkan dari postingan saya sebelumnya, maka pada bagian bagian postingan kali ini saya akan melanjutkannya mengenai masa dimana Rasulullahﷺ mulai bangkit untuk menyampaikan dakwahnya secara terang-terangan.

Menyampaikan Kebenaran Secara Terang-terangan dan Menentang Tindakan Orang-orang Musyrik.

Seruan beliau terus bergema di seantero Makkah, hingga kemudian turun ayat,

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik."
(Al-hijr : 94).

Maka Rasulullahﷺ langsung bangkit menyerang berbagai khufarat (menghubungkan suatu peristiwa yang terjadi dengan suatu perkara yang menutup akal) dan kebohongan syirik, menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki nilai. ketidakberdayaan berhala-berhala itu beliau gambarkan dengan beberapa contoh perumpamaan, disertai penjelasan-penjelasan bahwa siapa yang menyembah berhala dan menjadikannya wasilah antara dirinya dan Allah, berada dalam kesesatan nyata.

Makkah berpijar dengan api kemarahan, bergola dengan keanehan dan pengingkaran, tatkala mereka mendengar suara yang memperlihatkan kesesatan orang-orang musyrik dan para penyembah berhala. Suara itu seakan-akan petir yang membelah awan, berkilau, menggelegar, dan mengguncang udara yang tadinya tenang. Orang-orang Quraisy bangkit untuk menghadang revolusi yang datang secara tak terduga ini, dan yang dikhawatirkan akan merusak tradisi warisan mereka.

Mereka bangkit karena menyadari bahwa makna iman yang beliau serukan adalah penafian (penampikan, pengingkaran, penolakan, penyangkalan) terhadap uluhiyah (mengesakan segala bentuk peribadatan bagi Allah, seperti berdo'a, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya dari jenis-jenis ibadah) selain Allah, bahwa makna iman kepada Risalah dan Hari Akhirat adalah ketundukan dan kepasrahan secara total, sehingga mereka tidak lagi mempunyai pilihan terhadap diri dan harta mereka, terlebih lagi terhadap orang lain. Dengan kata lain, iman itu aan melumatkan kepemimpinan dan keunggulan mereka di atas semua bangsa Arab, yang sebelum itu juga menggunakan label agama. Dengan kata lain, mereka harus menetapkan keridhaan sesuai dengan keridhaan Allah dan Rasul-Nya, harus menghentikan berbagai bentuk kezaliman yang sebelum itu biasa mereka lakukan untuk menindas rakyat awam, begitu pula berbagai macam keburukan yang selalu mereka lakukan.

Mereka menangkap makna seperti itu, karena jiwa jiwa mereka tidak bisa menerima "Kedudukan yang hina", yang tidak mencerminkan kehormatan dan kebaikan.

بَلْ يُرِيدُ ٱلْإِنسَٰنُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُۥ
"Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus-menerus"
(Al-Qiyamah : 5).

Mereka menyadari semua itu. Tapi apa yang bisa mereka perbuat menghadapi orang yang jujur dan dapat dipercaya ini, menghadapi gambaran tertinggi dari nilai kemanusiaan dan akhlak yang mulia?. Sepanjang sejarah nenek moyang dan perjalanan berbagai kaum, mereka tidak pernah mengetahui bandingan yang seperi itu. Apa yang hendak mereka lakukan?. 

Quraisy  mengirim Utusan Kepada Abu Thalib

gambar ilustrasi
Setelah menguras pikiran, tidak ada jalan keluar lain bagi mereka kecuali mendatangi paman beliau, Abu Thalib. Mereka meminta kepadanya agar menghentikan segala apapun yang dilakukan anak saudaranya. Untuk menguatkan permintaan ini, mereka menggunakan selubung nenek moyang dan hakikat, dengan berkata, "Adanya ajakan untuk eninggalkan sesembahan mereka dan pernyataan bahwa sesembahan itu tidak bisa memberi manfaat dan tidak mampu berbuat apa-apa, merupakan pembodohan dan penyesatan terhadap nenek moyang mereka, yang sejak dahulu mereka sudah berada pada agama ini". Mereka merasa mendapatkan jalan ini. Oleh karena itu mereka langsung melaksanakannya.

Ibnu Ishaq menuturkan, beberapa pemuka Quraisy pergi ketempat Abu Thalib, lalu berkata,
"Wahai Abu Thalib, sesungguhnya anak saudaramu telah mencaci maki sesembahan kami, mencela agama kami, membodohkan harapan-harapan kami dan menyesatkan nenek moyang kami. Engkau boleh mencegahnya agar tidak mengganggu kami, atau biarkan antara dia dan kami, toh engkau juga seperti kami, marilah menetangnya sehingga kita bisa mencegahnya".

Dengan perkataa yang halus dan penolakan yang lembut, Abu Thalib menolak permintaan mereka. Maka mereka pun pulang dengan tangan hampa, sehingga Rasulullahﷺ bisa melanjutkan dakwah, menampakkan agama Allah dan menyeru kepadanya.

(Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 1/265)

Kutipan Sirah Nabawiyah Karya Syeikh Shafiyyurrahman Al-MubarakFuri.


2018-02-09

Rasulullahﷺ (Dakwah secara sembunyi-sembunyi)

Pada kesempatan kali ini saya akan kembali menyajikan sedikit kutipan "Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri".  Dalam hal periode masa dakwah junjungan kita, Nabi Allah baginda Rasulullahﷺ, dalam menyiarkan agama yang di rahmati Allah SWT, yaitu agama Islam.

Masa dakwah Rasulullahﷺ terbagi menjadi dua periode, yang satu sama lain sangat berbeda, yaitu:
  1. Periode Makkah, berjalan kira-kira selama 13 tahun.
  2. Periode Madinah, berjalan selama 10 tahun penuh
Setiap periode memiliki tahapan-tahapan tersendiri dengan kekhususannya masing-masing yang berbeda satu sama lain. Hal ini tampak jelas setelah meneliti berbagai unsur yang menyertai dakwah itu selama dua periode secara mendetail. Periode Makkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Tahapan Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi, Selama Tiga Tahun

Tiga Tahun Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi
Sebagaimana yang sudah diketahui, Makkah merupakan sentral agama bangsa Arab. Di sana ada peribadatan terhadap Ka'bah dan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan oleh seluruh bangsa Arab. 

Cita-cita untuk memperbaiki keadaan mereka tentu bertambah sulit dan berat jika orang yang hendak mengadakan perbaikan jauh dari lingkungan mereka. Hal ini membutuhkan kemauan keras yang tidak bisa diguncang musibah dan kesulitan. Maka dalam menghadapi kondisi seperti ini, tindakan yang paling bijaksana adalah tidak kaget karena tiba-tiba menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka.

Kawanan Pertama
Sangat lumrah jika Rasulullahﷺ menampakkan Islam pada awal mulanya kepada orang yang paling dekat dengan beliau, anggota keluarganya dan sahabat-sahabat karib beliau. Beliau menyeru mereka kepada Islam, juga menyeru siapapun yang dirasa memiliki kebaikan, yang sudah beliau kenal secara baik, yaitu mereka yang memang diketahui mencintai kebaikan dan kebenaran, mengenal kejujuran dan kelurusan beliau. Maka mereka yang diserukan ini langsung memenuhi seruan beliau. Karena mereka sama sekali tidak menyangsikan keagungan diri beliau dan kejujuran pengabaran yang beliau sampaikan.

Dalam tarikh Islam, mereka dikenal dengan sebutan As-Sabiqunal-Awwalan (yang terdahulu dan pertama-tama masuk Islam)

Mereka adalah istri beliau, Ummul-Mukminin Khadijah binti Khuwailid, pembantu beliau, Zaid bin Haritsah bin Syurahbi Al-Kalbi (dahulu dia merupakan tawanan lalu dijadikan budak dan dimiliki Khadijah, kemudian Khadijah memberikan kepada Rasulullahﷺ. Bapak dan pamannya pernah menemuinya untuk dibawa kembali ke tengah kaumnya. Namun dia lebih suka memilih hidup bersama Rasulullahﷺ. 

Lalu beliau mengangkatnya sebagai anak, layaknya anak kandung sendiri yang biasa berlaku di kalangan bangsa Arab, sehingga dia dikenal "Zaid bin Muhammad". Hingga datangnya Islam yang menghapus an), anak paman beliau, Ali bin Abu Thalib yang pada saat itu Ali masih anak-anak dan hidup dalam asuhan beliau dan sahabat karib beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Mereka ini masuk Islam pada hari pertama dimulainya dakwah.

Abu Bakar sangat bersemangat dalam berdakwah kepada Islam. Dia adalah seorang laki-laki yang lemah lembut, pengasih dan ramah juga memiliki akhlak yang mulia dan terkenal. Kaumnya suka mendatangi Abu Bakar dan menyenanginya, karena dia dikenal sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan sukses dalam berdagang serta baik pergaulannya dengan orang lain. Maka dia menyeru orang-orang dari kaumnya yang biasa duduk-duduk bersamanya dan yang dapat dipercayainya. Berkat seruannya, ada beberapa orang yang masuk Islam, yaitu Utsman bin Affan, Al-Umawi, Az-Zubair bin Awwan Al-Asadi, Abdurrahman bin Auf, Sa'd bin Abi Waqqash Az-Zuhriyah dan Thalhah bin Ubaidillah At-Taimi.

Kawanan lain yang juga lebih dulu masuk Islam adalah Bilal bin Rabbah Al-Habsyi, kemudian disusul umat ini, Abu Ubaidah Amir bin Al-Jarrah dari Bani Al-Harits bin Fihr, Abu Salamah bin Abdul Assad, Al-Arqam bin Abil-Arqam Al-Makhzumi, Utsman bin Mazh'un dan kedua saudaranya, Qudmah dan Abdullah, Ubaidah bin Al-Harits bin Al-Muththalib bin Abdi Manaf, Sa'id bin Zaid Al-Adawi dan istrinya, Al-Khaththab, Khabbab bin Al-Aratt, Abdullah bin Mas'ud Al-Hudzali dan masih banyak lagi.
(Lihat Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam 1/245-262).

Mereka ini juga disebut "As-Sabiqunal-Awwalan", yang semuanya berasal dari kabilah Quraisy. Ibnu Hisyam menghitung jumlah mereka lebih dari empat puluh orang. Namun siapa-siapa yang disebutkan selain yang diatas perlu diteliti lagi.

Ibnu Ishaq berkata, 
"Setelah itu banyak orang yang masuk Islam baik laki-laki maupun perempuan, sehingga nama Islam menyebar di seluruh Makkah dan banyak yang membicarakannya".
Mereka masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Rasulullahﷺ menemui mereka dan mengajarkan agama secara kucing-kucingan. Sebab, dakwah saat itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan.

2. Tahapan dakwah secara terang-terangan ditengah penduduk Makkah, yang dimulai sejak tahun ke-4 dari Nubuwah sampai akhir tahun kesepuluh.

3. Tahapan dakwah diluar Makkah dan penyebarannya, yang dimulai sejak tahun ke-4 dari Nubuwah hingga akhir tahun ke-10 dari Nubuwah hingga hijrah ke Madinah.

(Sirah Nabawiyah, Shaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri)

Dakwah Rasulullahﷺ (Secara Terang-terangan) bag.1

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Seperti yang pernah saya bahas pada artikel saya sebelumnya, mengenai bagian-bagian periode dakwah Rasulullah yang terbagi menjadi tiga bagian, yang sudah saya sampaikan mengenai dakwah secara sembunyi-sembunyi.

Dan pada postingan saya kali ini, kembali akan saya lanjutkan mengenai tahapan dakwah Rasulullah setelah dakwah secara sembunyi-sembunyi, kini beliau melakukan dakwah nya secara terang-terangan. Wahyu yang pertama turun dalam masalah ini adalah sebagaimana yang telah di firmankan Allah,

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat." 
(Asy-Syu'ara' :214).
Permulaan surat Asy-Syu'ara' yang memuat ayat ini menyebutkan kisah Musa as dari permulaan Nubuwah hingga hijrah beliau bersama Bani Israil, hingga mereka selamat dari Fir'aun dan kaumnya yang berkesudahan dengan tenggelamnya Fir'aun dan para pengikutnya. Kisah ini memuat tahapan-tahapan yang dilalui Musa as selama menyeru Fir'aun dan kaumnya kepada Allah.

Rincian tahapan-tahapan dakwah Musa as ini perlu disampaikan saat Rasulullahﷺ menyeru kepada kaumnya kepada Allah agar beliau dan sahabatnya memperoleh sedikit gambaran yang bakal dihadapi, yaitu berupa pendustaan dan tekanan selagi mereka sudah menampakkan dakwah. Dengan begitu mereka bisa menyadari urusan sejak permulaan dakwah.

Disisi lain, surah ini juga membuat kesudahan yang dialami orang-orang yang mendustakan para Rasul, dari kaum Nuh, Ad, Tsamud, Ibrahim, Luth, dan Ashabul Aikah, dengan menitikberatkan penyebutan kisah tentang Fir'aun dan kaumnya, agar orang-orang yang mendustakan mengetahui hukuman yang bakal diturunkan Allah jika mereka tetap mendustakan, dan agar orang-orang yang beriman juga mengetahui kesudahan yang baik bagi mereka, yang tidak akan didapatkan orang-orang yang mendustakan Nubuwah.

Menyeru Kerabat-kerabat Dekat

Langkah pertama yang dilakukan Rasulullahﷺ setelah turun ayat diatas ialah mengundang Bani Hasyim. Mereka memenuhi undangan ini, yaitu beberapa orang dari Bani Al-Muththalib bin Abdi Manaf, yang jumlahnya ada 45 orang. Sebelum beliau berbicara. Abu Lahab sudah mendahului angkat bicara, 
Mereka yang hadir disini adalah paman-pamanmu sendiri dan anak-anaknya. Maka bicaralah jika ingin berbicara dan tidak perlu bersikap kekanak-kanakan. Ketahuilah bahwa tidak ada orang Arab yang berani mengernyitkan dahi terhadap kaummu. Dengan begitu aku berhak menghukummu. Biarkanlah urusan Bani bapakmu. Jika engkau tetap bertahan dengan urusanmu ini, maka itu lebih mudah bagi mereka daripada seluruh kabilah Quraisy menerkammu dan semua bangsa Arab ikut campur tangan. Engkau tidak pernah melihat seorang pun dari Bani bapaknya yang pernah berbuat macam-macam seperti engkau perbuat saat ini.”
Rasulullahﷺ hanya diam dan sama sekali tidak berbicara dalam pertemuan itu. Kemudian beliau mengundang mereka untuk yang kedua kalinya, dan dalam pertemuan ini beliau bersabda, 
Segala puji Allah dan aku memuji-Nya, memohon pertolongan, percaya dan tawakal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya.” 
Kemudian beliau melanjutkan lagi, 
“Sesungguhnya seorang pemandu itu tidak akan mendustakan keluarganya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain Dia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian secara khusus dan kepada seluruh manusia pada umumnya. Demi Allah, kalian benar-benar akan mati layaknya sedang tidur nyenyak, dan akan dibangkitkan lagi layaknya orang bangun tidur. Kalian benar-benar akan dihisab terhadap apapun yang kalian perbuat, lalu disana ada surga yang abadi dan neraka yang abadi pula.”
Abu Thalib berkata, 
Kami tidak suka menolongmu, menjadi penasihatmu dan membenarkan perkataanmu. Orang-orang yang menjadi Bani bapakmu ini sudah bersepakat. Aku hanyalah segelintir orang diantara mereka. Namun akulah orang yang pertama kali mendukung apa yang engkau sukai. Maka lanjutkanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku senantiasa akan menjaga dan melindungimu, namun aku tidak mempunyai pilihan lain untuk meninggalkan agama Bani Abdul Muthalib.”
Abu Lahab berkata, 
Demi Allah, ini adalah kabar buruk. Ambillah tindakan terhadap dirinya sebelum orang lain yang melakukannya.
Abu Thalib menimpali, 
Demi Allah, kami tetap akan melindungi selagi kami masih hidup ".
(Fiqhus-Sirah, Ibnu-Atsir, hal. 77-78)


Di Atas Bukit Shafa

Setelah Nabi Muhammadﷺ merasa yakin terhadap janji Abu Thalib untuk melindungi dalam menyampaikan wahyu dari Allah, maka suatu hari beliau berdiri di atas Shafa, lalu berseru, “Wahai semua orang!” Maka semua suku Quraisy berkumpul memenuhi seruan beliau, lalu beliau mengajak mereka kepada tauhid dan iman kepada risalah beliau serta iman kepada Hari Akhirat.
Al-Bukhari telah meriwayatkan sebagian dari kisah ini, dari Ibnu Abbas, dia berkata, Tatkala turun ayat, “Dan, berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat”, maka Rasulullahﷺ naik ke Shafa, lalu berseru, “Wahai Bani Fihr, wahai Bani Adi!” yang ditujukan kepada semua suku Quraisy, sehingga mereka berkumpul semua. Jika ada seorang yang berhalangan hadir, maka dia mengirim utusan untuk melihat apa yang terjadi. Abu Lahab beserta para pemuka Quraisy juga ikut datang.
Beliau melanjutkan, 
Apa pendapat kalian jika kukabarkan bahwa dilembah ini ada pasukan kuda mengepung kalian, apakah kalian percaya kepadaku?
Benar,” jawab mereka, “Kami tidak pernah mempunyai pengalaman bersama engkau kecuali kejujuran.”
Beliau bersabda, 
Sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian sebelum datangnya azab yang pedih.”
Abu Lahab berkata, 
Celakalah engkau untuk selama-lamanya. Untuk inikah engkau mengumpulkan kami?”.
Lalu turun ayat, “Celakalah kedua tangan Abu Lahab”.
(Shahih Al-Bukhari, 2/702,743. Riwayat ini juga ditakhrij di dalam shahih muslim, 1/114).

Muslim meriwayatkan bagian lain dari kisah ini dari Abu Hurairah, dia berkata, 
Tatkala turun ayat, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat”, beliau menyeru secara umum maupun khusus, lalu bersabda, “Wahai semua orang Quraisy, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Ka'b, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Fatimah binti Muhammad, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Demi Allah, sesungguhnya aku tidak dapat berbuat apapun terhadap diri kalian dihadapan Allah kecuali jika kalian mempunyai kerabat dekat, sehingga aku bisa membasahinya menurut kebasahan".
Seruan melengking inilah yang menjadi tujuan penyampaian dakwah. Rasulullah sudah menjelaskan kepada orang-orang yang dekat dengan diri beliau, bahwa pembenaran terhadap risalah beliau merupakan inti hubungan antara diri beliau dan mereka. Fanatisme kekerabatan yang selama itu dipegang erat bangsa Arab menjadi mencair dalam kehangatan peringatan yang datang dari sisi Allah.

Demikianlah sedikit kutipan dari Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri yang akan saya lanjutkan pada postingan saya berikutnya. Semoga bisa memberikan sedikit manfaat bagi anda, dan terimakasih sudah mampir ke blog saya


وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

2018-01-22

Perintah dakwah kepada Rasulullahﷺ


Rasulullahﷺ mendapat berbagai macam perintah dalam firman Allah:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


يٰأَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ ۙ١
1. Wahai orang yang berkemul (berselimut)!



قُمْ فَأَنْذِرْ ۖ٢

2. bangunlah, lalu berilah peringatan!

وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ ۖ٣
3. dan agungkanlah Tuhanmu,

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ ۖ٤
4. dan bersihkanlah pakaianmu,

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ ۖ٥
5. dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji,

وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ ۖ٦
6. dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.

وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ ۗ٧
7. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.
(Al Muddatstsir: 1-7)


Perintah dakwah Rasulullah Shalallahu Alaihi wassalam

Sepintas lalu ini merupakan perintah-perintah yang sederhana dan remeh, namun pada hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh. Berpengaruh sangat kuat dan nyata yang dapat di rinci sebagai berikut;
  1. Tujuan pemberian peringatan, agar siapapun yang menyalahi keridhaan Allah di dunia ini diberi peringatan tentang akibatnya yang pedih di kemudian hari, dan yang pasti akan mendatangkan kegelisahan dan ketakutan di dalam hatinya.

  2. Tujuan mengagungkan Rabb, agar siapapun yang menyombongkan diri di dunia tidak dibiarkan begitu saja melainkan kekuatannya akan dipunahkan dan keadaannya akan dibalik total. Sehingga tidak ada kebesaran yang tersisa di dunia, selain kebesaran Allah

  3. Tujuan membersihkan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa agar kebersihan lahir dan batin benar-benar tercapai, begitu pula dalam membersihkan jiwa dari segala noda dan kotoran bisa mencapai titik kesempurnaan, agar jiwa manusia berada dibawah lindungan rahmat Allah, penjagaan, pemeliharaan, hidayah dan cahaya-Nya. Sehingga dia     menjadi sosok paling ideal di tengah masyarakat manusia, mengundang pesona hati dan decak kekaguman.

  4. Tujuan larangan mengharap yang lebih banyak dari apa yang di berikan, agar seseorang tidak menganggap perbuatan dan usahanya sesuatu yang lebih besar lagi hebat, agar senantiasa berbuat dan berbuat lebih banyak berusaha dan berkorban, lalu melupakannya. Bahkan dengan perasaannya di hadapan Allah, dia tidak merasa telah berbuat dan berkorban.

  5. Dalam ayat terakhir terdapat isyarat tentang gangguan, siksaan, ejekan dan olok-olok yang bakal dilancarkan orang-orang yang menentang, bahkan mereka berusaha membunuh beliau dan membunuh para sahabat serta menekan setiap orang-orang yang beriman di sekitar beliau. Allah memerintahkan agar beliau bersabar dalam menghadapi semua itu, dengan modal kekuatan dan ketabahan hati, bukan dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, tetapi karena keridhaan Allah semata.

  6. Allah maha besar. Alangkah sederhananya perintah-perintah ini jika di lihat sepintas lalu. Alangkah lembut sentuhannya. Tetapi betapa besar dan berat pengamalannya, alangkah besar pengaruh goncangannya terhadap seisi alam dan membiarkan sebagian membentur bagian yang lain.


Ayat-ayat ini sendiri mengandung materi-materi dakwah dan tabligh. Peringatan pemberitahuan itu sendiri biasanya mengundang berbagai reaksi yang kurang menyenangkan bagi pelakunya. Apalagi semua orang sudah tahu bahwa dunia ini tidak mau tahu apa yang dilakukan manusia dan tidak akan memberi balasan apapun terhadap apapun yang mereka kerjakan. Pemberian peringatan menuntut kedatangan suatu hari di luar hari-hari di dunia yang pada saat itu akan ada pembalasan. Hari itu adalah hari Kiamat atau hari pembalasan. Hal ini mengharuskan adanya suatu kehidupan lain yang berbeda dengan kehidupan yang dijalani manusia di dunia.

Semua ayat ini menuntut tauhid yang jelas dari manusia, penyerahan urusan kepada Allah, meninggalkan kesenangan diri sendiri dan keridhaan manusia untuk dipasrahkan kepada keridhaan Allah.
Jadi hal-hal yang terangkum disini meliputi:


  1. Tauhid

  2. Iman kepada Hari Akhirat

  3. Membersihkan jiwa dengan cara menjauhi kemungkaran dan kekejian yang kadang-kadang mengakibatkan munculnya hal-hal yang kurang menyenangkan, mencari keutamaan, kesempurnaan, dan perbuatan-perbuatan yang baik.

  4. Menyerahkan semua urusan kepada Allah

  5. Semua itu dilakukan setelah beriman kepada risalah Muhammad, bernaung dibawah kepemimpinan dan bimbingan beliau yang lurus.

Perintah dakwah Rasulullah Shalallahu Alaihi wassalam

Maka Rasulullahﷺ bangkit, dan setelah itu selama dua puluh lima tahun beliau tidak pernah istirahat dan diam, tidak hidup untuk diri sendiri dan keluarga beliau. Beliau bangkit dan senantiasa bangkit untuk berdakwah di jalan Allah, memanggul beban yang berat di pundaknya, tidak mengeluh dalam melaksanakan beban amanah yang besar di muka bumi ini, memikul beban kehidupan semua manusia, beban akidah, perjuangan dan jihad di berbagai medan.

Beliau pernah hidup di medan peperangan secara terus-menerus dan berkepanjangan, semenjak beliau mendengar
seruan yang agung dan mendapat beban kewajiban.
" Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada beliau dan kepada siapapun yang berjuang di jalan Allah ".

(Fi Zhilail-Qur'an, Tafsir Al-Muzzammil dan Al-Muddatstsir, 29/168-182)
(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, hal. 69-71)

Featured Post

Kisah Perjuangan Rasululahﷺ Dalam Berdakwah