2018-02-25

Kisah Perjuangan Rasululahﷺ Dalam Berdakwah

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Salah satu diantara sekian banyak nikmat besar yang Allâh Azza wa Jalla yang  anugerahkan kepada para hamba-Nya, adalah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seluruh manusia.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:



لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ

Sesungguhnya Allâh telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allâh mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allâh, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur`ân) dan al-Hikmah (Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
[Ali-‘Imrân/3: 164].

Namun bukanlah hal yang mudah bagi Rasulullahﷺ dalam menyampaikan dakwahnya ditengah-tengah orang kafir yang sebagian besar menyembah berhala pada saat itu, yang sudah dianut turun-temurun dari jaman kakek-kakek moyang mereka dahulu. Banyak tentangan dan hujatan yang ditujukan kepada Rasulullahﷺ untuk menghentikan langkahnya dalam menyampaikan risalahnya, yang perlu kita ketahui sebagai penambah rasa cinta kita kepada kekasih Allah yang tegar dalam memperjuangkan agama yang dirahmati Allah sebagai mana Firmannya,


إن الدين عند الله الإسلام 
"Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah lah Islam."
[Ali Imron: 19].


Begitu juga dengan artikel saya pada kali ini, berdasarkan kutipan dari Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Mubarakfuri, saya akan mencoba untuk berbagi sedikit kisah perjuangan Rasulullahﷺ dalam menyampaikan dakwahnya ditengah-tengah orang kafir pada masa itu.


Membuat Kesepakatan Bersama untuk Melarang Orang-Orang yang Menunaikan Haji Mendengarkan dakwah

Selama masa-masa itu orang-orang Quraisy juga disibikkan urusan lain, yaitu semakin dekatnya jarak antara dakwah secara terang-terangan dengan Musim haji. Mereka menyadari bahwa berbagai utusan dari selruh Jazirah Arab akan medatangi mereka. Oleh karena itu mereka berpendapat untuk mengeluarkan satu pernyataan resmi yang disampaikan kepada bangsa Arab tentang status Muhammadﷺ, agar dakwah beliau tidak meninggalkan pengaruh di dalam jiwa mereka. Maka mereka pun berkumpul di tempat Al-Walid bin Al-Mughirah seorang tokoh yang terpandang dan dihormati di tengah kaumnya, memperbincangkan mengenai masalah ini.

Al-Walid berkata, "Ambil satu kesimpulan tetang masalah ini, dan jangan sampai kalian berbeda pendapat, sehingga sebagian di antara kalian mendustakan sebagian yang lain, sebagian meyanggah sebagian yang lain".

"Pendapatmu sendiri bagaimana?" tanya mereka.

"Sampaikan dulu pendapat kalian, biar aku mendengarkan", kata Al-Walid.

"Kita katakan saja bahwa dia adalah seorang dukun", kata mereka.

"Tidak, demi Allah, dia bukanlah seorang dukun, toh kita pernah melihat para dukun. Dia sama sekali tidak menggunakan mantera seperti dukun", jawab Al-Walid.

"Kita kataan saja dia orang sinting", kata mereka.

"Dia bukanlah orang sinting, kita sudah melihat orang-orang sinting dan mengetahuinya. Dia tidak menangis tersedu-sedu, tidak bertindak sekenanya dan tidak berbisik-bisik layaknya orang sinting", kata Al-walid

"Kita katakan saja dia seorang penyair", kata mereka.

"Dia bukan penyair, kita sudah mengetahui seluruh bentuk syair, yang rajaz, hazaj, Qaridh, maqbudh, maupun mabsuth. apa yang disampaikannya itu bukanlah termasuk syair", kata Al-Walid.

"Kita katakan saja dia seorang penyihir", kata mereka.

"Dia bukanlah seorang penyihir, kita sudah melihat para penyihir dan mengetahui sihir mereka. Dia tidak berkomat-kamit dan tidak membuat buhul tali layaknya seorang penyihir," kata Al-Walid

"Kalau begitu apa yang harus kita lakukan?", tanya mereka.

Al-Walid menjawab, "Demi Allah, perkataannya benar-benar manis, pangkalnya benar-benar cerdik, dan cabangnya benar-benar matang. Tidaklah kalian mengucapkan sedikit saja dari perkataan tersebut melainkan dia mengetahui bahwa itu bukanlah hal yang batil. Namun sebutan yang paling mirip untuk dia, hendaklah kalian mengatakan sebagai penyihir. Dia datang membawa suatu perkataan menyerupai sihir yang bisa memisahkan antara seseorang dengan bapaknya, seseorang dengan kerabat saudaranya, seseorang dengan istrinya, seseorang dengan kerabat dekatnya, sehingga kalian terpecah belah karenanya."
(Ibid, 1/271).

Sebagian riwayat menyebutkan bahwa tatkala Al-Walid menolak sebutan yang mereka tawarkan, maka mereka berkata, "Kalau begitu sampaikan pendapatmu yang tak bisa dibantah lagi."

"Beri aku waktu barang sejenakuntuk memikirkan hal ini," kata Al-Walid, yang kemudian diam berpikir dan terus berpikir, hingga akhirnya dia menyapaikan pendapatnya seperti yang disebutkan diatas.
(lihat Fi Zhilail-Qur'an, 29/188)


Tentang apa yang dilakukan Al-Walid ini, Allah menurunkan enam belas ayat di dalam surat Al-Muddatstsir, dari ayat 11 hingga 26, di antaranya disebutkan tentang bagamana dia memeras pikirannya,

إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ (١٨) فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (١٩) ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (٢٠)ثُمَّ نَظَرَ (٢١) ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ (٢٢) ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ (٢٣) فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ يُؤْثَرُ (٢٤) إِنْ هَذَا إِلا قَوْلُ الْبَشَرِ (٢٥)
"[18]Sesungguhnya dia telah memikirkan[19] dan menetapkan (apa yang ditetapkannya)[20], 19. maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan? 20. sekali lagi, celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan?[21], 21. Kemudian dia (merenung) memikirkan[22], 22. lalu berwajah masam dan cemberut, 23. kemudian berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, 24. lalu dia berkata, "(Al Quran) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), 25. Ini hanyalah perkataan manusia."
(Qs Al-Muddattstsir :18-25)


Setelah semua orang yang hadir dalam pertemuan menyepakati ketetapan itu, maka mereka memutuskan untuk melaksanakannya. Untuk itu mereka duduk di pinggir-pinggir jalan yang dilalui manusia tatkala datang, sehingga tak seorang pun yang lewat melainkan mendapatkan peringatan tentang diri muhammadﷺ dan mereka juga menyebutkan keadaannya.

Yang mempelopori pelaksanaan ini adalah Abu Lahab. Ketika musim haji benar-benar sudah tiba, Rasulullahﷺ mendatangi manusia di tempat tinggal mereka, di pasar Ukazh, Majannah, dan Dzil-Majaz, menyeru mereka kepada Allah. Sementara itu, Abu Lahab menguntit di belakang beliau, sambil berkata, "Janganlah kalian mematuhinya, karena dia orang yang keluar dari agama dan seorang pendusta."

(Perbuatan Abu Lahab ini diriwayatkan Al-Tirmidzi dari Yazid bin Ruman, dan dari Thariq bin Abdullah Al-Muharibi, juga diriwayatkan Imam Ahmad di dalam Mushnad-nya, 3/492;4/31).

Akibatnya, pada musim itu orang-orang Arab pulang ke tempat masing-masing dengan membawa urusan Rasulullahﷺ. Nama beliau tersebar di seluruh penjuru Arab.


Beberapa Cara Menghadang Dakwah

Tatkala orang-orang Quraisy tahu bahwa Muhammadﷺ sama sekali tidak menghentikan dakwahnya, maka mereka memeras pikirannya sekali lagi. Untuk itu mereka memilih beberapa cara untuk membenamkan dakwah ini, yang bisa disimpulkan dalam beberapa hal berikut ini,
  1. Ejekan, penghinaan, olok-olok, dan penertawaan. Hal ini mereka maksudkan untuk melecehkan orang-orang muslim dan menggembosi kekuatan mental mereka. Untuk itu mereka melemparkan berbagai tuduhan yang lucu dan ejekan yang sekenanya terhadap Muhammadﷺ. mereka  menyebut beliau orang yang sinting atau gila. Firman Allah.

    وَقَالُوا يَا أَيُّهَا الَّذِي نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ
    Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila.
    (Qs.Al-Hijr :6)

    Mereka menyebut beliau sebagai tukang sihir dan pendusta.
    Firman Allah,

    وَعَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ ۖ وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَٰذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ
    Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta".
    (Qs.Shad :4).

    Mereka mejelek-jelekkan dan menghadapi beliau dengan pandangan penuh amarah serta perasaan yang meluap-luap penuh emosi.
    Firman Allah,


    وَإِنْ يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ
    Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata: "Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila".
    (Al-Qalam :51)


    jika ada rekan-rekan Rasululah yang duduk di sekitar beliau, maka mereka mengolok-ngolok dan berkata, "Inilah rekan-rekannya", sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya,


    إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا يَضْحَكُونَ (29) وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ (30) وَإِذَا انْقَلَبُوا إِلَى أَهْلِهِمُ انْقَلَبُوا فَكِهِينَ (31) وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلَاءِ لَضَالُّونَ (32) وَمَا أُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ (33) فَالْيَوْمَ الَّذِينَ آمَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ (34) عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُونَ (35) هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (36)
    Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lewat di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan, "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat, " padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. Maka pada hari ini orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
    (Qs.Al-Muthafifin :29-33)


  2. Menjelek-jelekan ajaran beliau, membangkitkan keragu-raguan, menyebarkan anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran beliau dan diri beliau. Mereka tiada henti melakukannya dan tidak memberi kesempatan kepada setiap orang untuk menelaah dakwah beliau. Mereka berkata tentang Al-Qur'an,


    وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَٰذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ ۖ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا
    Dan orang-orang kafir berkata: "Al Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain"; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar.
    (QS.Al-Furqan :4)

    Didalam Al-Qur'an banyak terdapat contoh penentangan mereka terhadap beliau.


  3. Melawan Al-Qur'an dengan dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu agar mereka meninggalkan Al-Qur'an. Mereka menyebutkan bahwa suatu kali An-Nadhr bin Al-Harits berkata kepada orang-orang Quraisy, "Wahai semua orang Quraisy! Demi Allah, telah datang satu urusan yang kalian belum juga bisa mencari alasan untuk menghadapinya. Muhammad adalah seorang pemuda belia di tengah kalian, yang paling kalian ridhai, paling jujur perkataanya dan paling besar amanatnya, sehingga tatkala kalian melihat uban dikedua pelipisnya dan dia membawa apa yang telah dia bawa kepada kalian, tiba-tiba kalian mengatakan "Dia adalah anak laki-laki penyihir". Tidak, demi Allah, dia bukanlah laki-laki penyihir. KIta sudah mengetahui para penyihir, hembusan dan buhul talinya."

    Kemudian An-Nadhr pergi ke Hirah. Di sana dia mempelajari kisah para raja Persi, perkataan Rustum dan Asfandiyar. Jika Rasululahmengadakan suatu pertemuan untuk mengingatkan kepada Allah dan menyampaikan peringatan tentang siksa-Nya, Maka An-Nadhr menguntit dibelakang beiau, lalu berkata, "Demi Allah, penuturan Muhammad tidak sebagus apa yang kututurkan ," lalu dia berkisah tentang raja-raja Persi, Rustum dan Asfandiyar. Setelah itu dia berkata, "Dengan modal apa penuturan Muhammad bisa lebih baik daripada penuturanku?".
    (Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, I/229-300,358; Tifhimul-Qur'an, 4/8-9, Mukhtahsar Siratir-Rasul, Syaikh Abdullah An-Najdi, hal. 117-118).

    Ada riwayat Ibnu Abbas yang menyebutkan bahwa An-Nadhr membeli beberapa penyanyi perempuan dari kalangan hamba sahaya. Selagi ada seorang laki-laki yang menyatakan tidak ingin mendengar apa yang disampaikan Rasulullahﷺ, maka dia menghadiahkan seorang penyanyi itu kepadanya, yang siap melayaninya, menyiapkan makanan, minuman, dan bernyanyi untuknya, dengan tujuan agar dia tudak condong kepada Islam. Tentang hal ini, turun ayat Al-Qur'an,


    وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
    Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.
    (Qs. Luqman: 6).


  4. Menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka berusaha untuk mempertemukan Islam dengan Jahiliyah di tengah jalan. Orang-orang musyrik siap meninggalkan sebagian dari apa yang ada pada diri mereka dan begitu pula Rasulullahﷺ. Allah berfirman,


    وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ
    Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).
    (Qs. Al-Qalam: 9)
Ada riwayat Ibnu Jarir dan Ath-Thabarani yang menyebutkan bahwa orang-orang musyrik menawarkan kepada Rasulullahﷺ, agar beliau menyembah sesembahan mereka selama setahun dan mereka menyembah Rabb beliau selama setahun kemudian. Riwayat lain menutur Abd bin Humaid menyebutkan bahwa mereka berkata, 
"Andaikan engkau mau menerima sesembahan kami, kami pun mau menyembah sesembahanmu" (Tafhimul-Qur'an, 6/501).
Ibnu Ishaq meriwayatkan dengan sanadnya, dia berkata, 

"Selagi Rasulullahsedang tawaf di Ka'bah, beliau berpaspasan dengan Al-Aswad bin Al-Muththalib bin Asad bin Abdul Uzza dan Al-Walid bin Al-Mughirah bin Khalaf dan Al-Ash bin Wa'il As-Sahmi, yang mereka ini adalah para tetua kaumnya. Mereka berkata,

"Wahai Muhammad, kesinilah! Kami mau menyembah apa yang engkau sembah dan engkau juga harus menyembah apa yang kami sembah, sehingga kita bisa saling bersekutu dalam masalah ini. Jika apa yang engkau sembah ternyata lebih baik dari apa yang kami sembah, maka kami boleh melepas apa yang seharusnya menjadi bagian kami, dan jika apa yang kami sembah ternyata lebih baik dari yang engkau sembah, maka engkau harus melepas bagianmu."
Lalu Allah menurunkan surat Al-Kafirun,


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ﴿١
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٣
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٥
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦

1). Katakanlah: Hai orang-orang kafir
2). Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
3). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah
4). Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah
5). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah,
6). Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku
(QS. Al-Kafirun :1-6)

Allah telah menetapkan penawaran mereka yang menggelikan itu dengan rincian yang pasti seperti ini.

Boleh Jadi ada perbedaan riwayat mengenai masalah ini. Karena memang mereka menyodorkan penawaran tidak hanya sekali saja.


Wallahu a’lam bish-shawabi

Featured Post

Kisah Perjuangan Rasululahﷺ Dalam Berdakwah