Berdasarkan kutipan dari
Sirah Nabawiyah karya
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri,
Kaum-kaum bangsa Arab,
ditilik dari silsilah keturunan dan cikal bakalnya, maka oleh karena itulah para sejarawan membagi kaum-kaum bangsa Arab menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Arab Ba'idah,
yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti Ad, Tsamud, Thasm, Jadis, Imlaq dan lain-lainnya
2. Arab Aribah,
yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya'rub dan Yasyjub bin Qahthan, atau disebut juga Arab Qahthaniyah.
Tempat kelahiran Arab Aribah atau kaum Qahthan adalah negeri Yaman, lalu berkembang menjadi beberapa kabilah dan suku, yang dikenal adalah dua kabilah, yaitu:
2.1. Kabilah Himyar,
yang terdiri dari beberapa suku terkenal, yaitu Zaid Al-Jumhur, Qudha'ah dan kasik.
2.2. Kabilah Kahlan,
yang terdiri dari beberapa suku terkenal, yaitu Hamdan, Amnar, Thayyi', Madzhij, Kindah, Lakham, Judram, Uzd, Aus, Khazraj dan anak keturunan Jafnah raja Syam.
Suku-suku Kahlan banyak yang hijrah meninggalkan Yaman, lalu menyebar ke berbagai penjuru jazirah.
Juga tdiak menutup kemungkinan jika hal itu sebagai akibat dari persaingan antara suku-suku Himyar dan Kahlan, yang disudahi dengan menetapnya suku-suku Himyar dan kepindahan suku-suku Kahlan.
Suku-suku Kahlan yang berhijrah bisa dibagi menjadi empat golongan, :
2.2.1. Suku Uzd
Hijrah mereka langsung dipimpin oleh pemimpin mereka, Imran bin Amru Muzaqiya'. Akhirnya mereka berpencar di beberapa tempat. Tsa'labah bin Amru dari Al-Uzd menuju Hijaz, lalu menetap di daerah yang diapit Tsa'labiyah dan Dzi Qar. Setelah anaknya besar dan kuat, dia pindah ke Madinah dan menetap di sana.
Diantara keturunan Tsa-labah ini adalah Aus dan Khazraj, yang merupakan dua dari anak Haritsah bin Tsa-labah.
Keturunan mereka yang bernama Haritsah bin Amr atau Khuza'ah dan anak keturunannya berpindah ke Hijaz, hingga mereka menetap di Murr Azh-Zahahran, yang selanjutnya menguasai tanah suci dan mendiami Makkah.
Sedangkan Imran bin Amr singgah di Omman lalu bertempat tinggal di sana bersama anak-anak keturunannya, yang disebut Udz Omman, sedangkan kabilah-kabilah Nash bin Al-Uzd menetap di Tihamah, yang disebut Uzd Syanu'ah.
Jafnah bin Amr pergi ke Syam dan menetap disana bersama anak keturunannya. Dia dijuluki Abul Muluk Al-Ghassasanah, yang dinisbatkan kepada mata air di Hijaz, yang dikenal dengan nama Ghassan. Sebelum akhirnya pindah ke Syam.
2.2.2. Suku Lakham dan Judzam
Tokoh di kalangan mereka adalah Nashr bin Rabi'ah, pemimpin raja-raja Al-Mundzir di Hirah.
2.2.3. Suku Bani Thayyi'
mereka pindah kearah utara hingga singgah diantara dua gunung, aja dan salma, dan akhirnya menetap disana, hingga mereka dikenal dengan sebutan Al-Jabalani (dua gunung) di gunung Tha'i.
2.2.4. Suku Kindah
Mereka tinggal di Bahrain, lalu terpaksa meninggalkannya dan akhirnya singgah di Hadramaut. Namun nasib mereka tidak jauh berbeda dengan saat berada di Bahrain, sehingga mereka pindah lagi ke Najd. Di sana mereka mendirikan pemerintahan yang besar dan kuat. Tetapi secepat itu pula mereka punah dan tak meninggalkan jejak.
Di sana masih ada satu kabilah dari Himyar yang diperselisihkan asal keturunannya, yaitu Qudha'ah. Mereka hijrah meninggalkan Yaman dan menetap di pinggiran Irak
3. Arab Musta'rabah,
yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma'il yang disebut juga Arab Adnaniyah.
Berdasarkan buku "Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri" kaum Arab Musta'rabah, cikal bakal kakek mereka yang tertua adalah Ibrahimعليه السلام yang berasal dari negeri Irak, dari sebuah daerah yang disebut Ar, berada di pinggir barat sungai Eufrat, berdekatan dengan Kufah. Cukup banyak penelusuran dan penelitian yang kemudian di sajikan secara terinci mengenai negeri ini, keluarga Ibrahimعليه السلام, kondisi religius dan sosial di negeri tersebut.
Ibrahimعليه السلام hijrah dari Irak ke Haran atau Huran, termasuk pula Pakistan, dan menjadikan negeri itu sebagai pijakan dakwah beliau.
Beliau banyak menyusuri negeri ini dengan setitik harapan, hingga akhirnya beliau sampai ke Mesir.
Suatu kabilah dari Yaman (Jurhum kedua) datang di sana, dan atas perkenan ibu Isma'ilعليه السلام mereka menetap di sana. Ada yang mengatakan mereka sudah ada di sana sebelum itu, menetap di lembah-lembah di pinggir kota Makkah.
Adapun riwayat Al-Bukhari menegaskan bahwa mereka singgah di Makkah setelah kedatangan Isma'ilعليه السلام dan ibunya, sebelum Isma'ilعليه السلام remaja. Mereka sudah biasa melewati jalur Makkah sebelum itu.
Dari waktu ke waktu Ibrahimعليه السلام datang ke Makkah untuk menjenguk keluarganya. Tidak tahu berapa kali kunjungan beliau, hanya saja menurut beberapa referensi sejarah yang dapat dipercaya, kunjungan Itu dilakukan sebanyak empat kali. Hingga datangnya perintah untuk menyembelih anaknya Isma'ilعليه السلام.
Allah berfirman di dalam surat ash-Shaffat (37) ayat 103-107:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ. فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ. وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَاإِبْرَاهِيمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاَءُ الْمُبِينُ. وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ [الصافات
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” [QS. ash-Shaffat (37): 103-107]
Di dalam Kitab Kejadian di sebutkan bahwa umur Isma'ilعليه السلام selisih tiga belas tahun, lebih tua dari Ishaqعليه السلام. Dari rentetan kisah ini menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi sebelum kelahiran Ishaqعليه السلام. Sebab kabar gembira tentang kelahiran Ishaqعليه السلام di sampaikan setelah terjadinya kisah ini.
Setidaknya ini menjamin satu fase kisah perjalanan, bahwa peristiwa tersebut terjadi sebelum Isma'ilعليه السلام menginjak remaja.
Pertemuan antara Ibrahimعليه السلام dengan Isma'ilعليه السلام terjadi setelah sekian lama tak bertemu. Sebagai seorang ayah yang penuh rasa kasih sayang dan lemah lembut, sulit rasanya beliau bisa menahan kesabaran untuk bersua dengan anaknya. Begitu pula dengan Isma'ilعليه السلام, sebagai anak yang berbakti dan shalih.
Dengan adanya perjuangan ini mereka berdua sepakat untuk membangun Ka'bah, meninggikan sendi-sendinya dan Ibrahimعليه السلام memperkenankan manusia untuk berhaji sebagaimana yang diperintahkan Allah kepada beliau.
Dari perkawinannya dengan putri Mudhadh, Isma'ilعليه السلام dikaruniai anak oleh Allah SWT sebanyak dua belas anak yang semuanya laki-laki, yaitu : Nabat atau Nabuyuth, Qaidar, Adba'il, Mibsyam, Misyma', Duma, Misya, Hadad, Taima, Yathur, Nafis dan Qaiduman.
Dari mereka inilah kemudian berkembang menjadi dua belas kabilah, yang semuanya menetap di Makkah untuk sekian lama. Selanjutnya kabilah-kabilah ini menyebar di berbagai penjuru jazirah, dan bahkan keluar jazirah. Seiring dengan perjalanan waktu, keadaan mereka tidak lagi terdeteksi, kecuali anak keturunan Nabat dan Qaidar.
Demikianlah kutipan pendek ini saya sampaikan untuk para pembaca dan semoga dapat bermanfaat, Amiin.