2018-02-25

Kisah Perjuangan Rasululahﷺ Dalam Berdakwah

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Salah satu diantara sekian banyak nikmat besar yang Allâh Azza wa Jalla yang  anugerahkan kepada para hamba-Nya, adalah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seluruh manusia.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:



لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ

Sesungguhnya Allâh telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allâh mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allâh, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur`ân) dan al-Hikmah (Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
[Ali-‘Imrân/3: 164].

Namun bukanlah hal yang mudah bagi Rasulullahﷺ dalam menyampaikan dakwahnya ditengah-tengah orang kafir yang sebagian besar menyembah berhala pada saat itu, yang sudah dianut turun-temurun dari jaman kakek-kakek moyang mereka dahulu. Banyak tentangan dan hujatan yang ditujukan kepada Rasulullahﷺ untuk menghentikan langkahnya dalam menyampaikan risalahnya, yang perlu kita ketahui sebagai penambah rasa cinta kita kepada kekasih Allah yang tegar dalam memperjuangkan agama yang dirahmati Allah sebagai mana Firmannya,


إن الدين عند الله الإسلام 
"Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah lah Islam."
[Ali Imron: 19].


Begitu juga dengan artikel saya pada kali ini, berdasarkan kutipan dari Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Mubarakfuri, saya akan mencoba untuk berbagi sedikit kisah perjuangan Rasulullahﷺ dalam menyampaikan dakwahnya ditengah-tengah orang kafir pada masa itu.


Membuat Kesepakatan Bersama untuk Melarang Orang-Orang yang Menunaikan Haji Mendengarkan dakwah

Selama masa-masa itu orang-orang Quraisy juga disibikkan urusan lain, yaitu semakin dekatnya jarak antara dakwah secara terang-terangan dengan Musim haji. Mereka menyadari bahwa berbagai utusan dari selruh Jazirah Arab akan medatangi mereka. Oleh karena itu mereka berpendapat untuk mengeluarkan satu pernyataan resmi yang disampaikan kepada bangsa Arab tentang status Muhammadﷺ, agar dakwah beliau tidak meninggalkan pengaruh di dalam jiwa mereka. Maka mereka pun berkumpul di tempat Al-Walid bin Al-Mughirah seorang tokoh yang terpandang dan dihormati di tengah kaumnya, memperbincangkan mengenai masalah ini.

Al-Walid berkata, "Ambil satu kesimpulan tetang masalah ini, dan jangan sampai kalian berbeda pendapat, sehingga sebagian di antara kalian mendustakan sebagian yang lain, sebagian meyanggah sebagian yang lain".

"Pendapatmu sendiri bagaimana?" tanya mereka.

"Sampaikan dulu pendapat kalian, biar aku mendengarkan", kata Al-Walid.

"Kita katakan saja bahwa dia adalah seorang dukun", kata mereka.

"Tidak, demi Allah, dia bukanlah seorang dukun, toh kita pernah melihat para dukun. Dia sama sekali tidak menggunakan mantera seperti dukun", jawab Al-Walid.

"Kita kataan saja dia orang sinting", kata mereka.

"Dia bukanlah orang sinting, kita sudah melihat orang-orang sinting dan mengetahuinya. Dia tidak menangis tersedu-sedu, tidak bertindak sekenanya dan tidak berbisik-bisik layaknya orang sinting", kata Al-walid

"Kita katakan saja dia seorang penyair", kata mereka.

"Dia bukan penyair, kita sudah mengetahui seluruh bentuk syair, yang rajaz, hazaj, Qaridh, maqbudh, maupun mabsuth. apa yang disampaikannya itu bukanlah termasuk syair", kata Al-Walid.

"Kita katakan saja dia seorang penyihir", kata mereka.

"Dia bukanlah seorang penyihir, kita sudah melihat para penyihir dan mengetahui sihir mereka. Dia tidak berkomat-kamit dan tidak membuat buhul tali layaknya seorang penyihir," kata Al-Walid

"Kalau begitu apa yang harus kita lakukan?", tanya mereka.

Al-Walid menjawab, "Demi Allah, perkataannya benar-benar manis, pangkalnya benar-benar cerdik, dan cabangnya benar-benar matang. Tidaklah kalian mengucapkan sedikit saja dari perkataan tersebut melainkan dia mengetahui bahwa itu bukanlah hal yang batil. Namun sebutan yang paling mirip untuk dia, hendaklah kalian mengatakan sebagai penyihir. Dia datang membawa suatu perkataan menyerupai sihir yang bisa memisahkan antara seseorang dengan bapaknya, seseorang dengan kerabat saudaranya, seseorang dengan istrinya, seseorang dengan kerabat dekatnya, sehingga kalian terpecah belah karenanya."
(Ibid, 1/271).

Sebagian riwayat menyebutkan bahwa tatkala Al-Walid menolak sebutan yang mereka tawarkan, maka mereka berkata, "Kalau begitu sampaikan pendapatmu yang tak bisa dibantah lagi."

"Beri aku waktu barang sejenakuntuk memikirkan hal ini," kata Al-Walid, yang kemudian diam berpikir dan terus berpikir, hingga akhirnya dia menyapaikan pendapatnya seperti yang disebutkan diatas.
(lihat Fi Zhilail-Qur'an, 29/188)


Tentang apa yang dilakukan Al-Walid ini, Allah menurunkan enam belas ayat di dalam surat Al-Muddatstsir, dari ayat 11 hingga 26, di antaranya disebutkan tentang bagamana dia memeras pikirannya,

إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ (١٨) فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (١٩) ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (٢٠)ثُمَّ نَظَرَ (٢١) ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ (٢٢) ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ (٢٣) فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ يُؤْثَرُ (٢٤) إِنْ هَذَا إِلا قَوْلُ الْبَشَرِ (٢٥)
"[18]Sesungguhnya dia telah memikirkan[19] dan menetapkan (apa yang ditetapkannya)[20], 19. maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan? 20. sekali lagi, celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan?[21], 21. Kemudian dia (merenung) memikirkan[22], 22. lalu berwajah masam dan cemberut, 23. kemudian berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, 24. lalu dia berkata, "(Al Quran) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), 25. Ini hanyalah perkataan manusia."
(Qs Al-Muddattstsir :18-25)


Setelah semua orang yang hadir dalam pertemuan menyepakati ketetapan itu, maka mereka memutuskan untuk melaksanakannya. Untuk itu mereka duduk di pinggir-pinggir jalan yang dilalui manusia tatkala datang, sehingga tak seorang pun yang lewat melainkan mendapatkan peringatan tentang diri muhammadﷺ dan mereka juga menyebutkan keadaannya.

Yang mempelopori pelaksanaan ini adalah Abu Lahab. Ketika musim haji benar-benar sudah tiba, Rasulullahﷺ mendatangi manusia di tempat tinggal mereka, di pasar Ukazh, Majannah, dan Dzil-Majaz, menyeru mereka kepada Allah. Sementara itu, Abu Lahab menguntit di belakang beliau, sambil berkata, "Janganlah kalian mematuhinya, karena dia orang yang keluar dari agama dan seorang pendusta."

(Perbuatan Abu Lahab ini diriwayatkan Al-Tirmidzi dari Yazid bin Ruman, dan dari Thariq bin Abdullah Al-Muharibi, juga diriwayatkan Imam Ahmad di dalam Mushnad-nya, 3/492;4/31).

Akibatnya, pada musim itu orang-orang Arab pulang ke tempat masing-masing dengan membawa urusan Rasulullahﷺ. Nama beliau tersebar di seluruh penjuru Arab.


Beberapa Cara Menghadang Dakwah

Tatkala orang-orang Quraisy tahu bahwa Muhammadﷺ sama sekali tidak menghentikan dakwahnya, maka mereka memeras pikirannya sekali lagi. Untuk itu mereka memilih beberapa cara untuk membenamkan dakwah ini, yang bisa disimpulkan dalam beberapa hal berikut ini,
  1. Ejekan, penghinaan, olok-olok, dan penertawaan. Hal ini mereka maksudkan untuk melecehkan orang-orang muslim dan menggembosi kekuatan mental mereka. Untuk itu mereka melemparkan berbagai tuduhan yang lucu dan ejekan yang sekenanya terhadap Muhammadﷺ. mereka  menyebut beliau orang yang sinting atau gila. Firman Allah.

    وَقَالُوا يَا أَيُّهَا الَّذِي نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ
    Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila.
    (Qs.Al-Hijr :6)

    Mereka menyebut beliau sebagai tukang sihir dan pendusta.
    Firman Allah,

    وَعَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ ۖ وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَٰذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ
    Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta".
    (Qs.Shad :4).

    Mereka mejelek-jelekkan dan menghadapi beliau dengan pandangan penuh amarah serta perasaan yang meluap-luap penuh emosi.
    Firman Allah,


    وَإِنْ يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ
    Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata: "Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila".
    (Al-Qalam :51)


    jika ada rekan-rekan Rasululah yang duduk di sekitar beliau, maka mereka mengolok-ngolok dan berkata, "Inilah rekan-rekannya", sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya,


    إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا يَضْحَكُونَ (29) وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ (30) وَإِذَا انْقَلَبُوا إِلَى أَهْلِهِمُ انْقَلَبُوا فَكِهِينَ (31) وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلَاءِ لَضَالُّونَ (32) وَمَا أُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ (33) فَالْيَوْمَ الَّذِينَ آمَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ (34) عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُونَ (35) هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (36)
    Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lewat di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan, "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat, " padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. Maka pada hari ini orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
    (Qs.Al-Muthafifin :29-33)


  2. Menjelek-jelekan ajaran beliau, membangkitkan keragu-raguan, menyebarkan anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran beliau dan diri beliau. Mereka tiada henti melakukannya dan tidak memberi kesempatan kepada setiap orang untuk menelaah dakwah beliau. Mereka berkata tentang Al-Qur'an,


    وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَٰذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ ۖ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا
    Dan orang-orang kafir berkata: "Al Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain"; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar.
    (QS.Al-Furqan :4)

    Didalam Al-Qur'an banyak terdapat contoh penentangan mereka terhadap beliau.


  3. Melawan Al-Qur'an dengan dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu agar mereka meninggalkan Al-Qur'an. Mereka menyebutkan bahwa suatu kali An-Nadhr bin Al-Harits berkata kepada orang-orang Quraisy, "Wahai semua orang Quraisy! Demi Allah, telah datang satu urusan yang kalian belum juga bisa mencari alasan untuk menghadapinya. Muhammad adalah seorang pemuda belia di tengah kalian, yang paling kalian ridhai, paling jujur perkataanya dan paling besar amanatnya, sehingga tatkala kalian melihat uban dikedua pelipisnya dan dia membawa apa yang telah dia bawa kepada kalian, tiba-tiba kalian mengatakan "Dia adalah anak laki-laki penyihir". Tidak, demi Allah, dia bukanlah laki-laki penyihir. KIta sudah mengetahui para penyihir, hembusan dan buhul talinya."

    Kemudian An-Nadhr pergi ke Hirah. Di sana dia mempelajari kisah para raja Persi, perkataan Rustum dan Asfandiyar. Jika Rasululahmengadakan suatu pertemuan untuk mengingatkan kepada Allah dan menyampaikan peringatan tentang siksa-Nya, Maka An-Nadhr menguntit dibelakang beiau, lalu berkata, "Demi Allah, penuturan Muhammad tidak sebagus apa yang kututurkan ," lalu dia berkisah tentang raja-raja Persi, Rustum dan Asfandiyar. Setelah itu dia berkata, "Dengan modal apa penuturan Muhammad bisa lebih baik daripada penuturanku?".
    (Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, I/229-300,358; Tifhimul-Qur'an, 4/8-9, Mukhtahsar Siratir-Rasul, Syaikh Abdullah An-Najdi, hal. 117-118).

    Ada riwayat Ibnu Abbas yang menyebutkan bahwa An-Nadhr membeli beberapa penyanyi perempuan dari kalangan hamba sahaya. Selagi ada seorang laki-laki yang menyatakan tidak ingin mendengar apa yang disampaikan Rasulullahﷺ, maka dia menghadiahkan seorang penyanyi itu kepadanya, yang siap melayaninya, menyiapkan makanan, minuman, dan bernyanyi untuknya, dengan tujuan agar dia tudak condong kepada Islam. Tentang hal ini, turun ayat Al-Qur'an,


    وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
    Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.
    (Qs. Luqman: 6).


  4. Menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka berusaha untuk mempertemukan Islam dengan Jahiliyah di tengah jalan. Orang-orang musyrik siap meninggalkan sebagian dari apa yang ada pada diri mereka dan begitu pula Rasulullahﷺ. Allah berfirman,


    وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ
    Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).
    (Qs. Al-Qalam: 9)
Ada riwayat Ibnu Jarir dan Ath-Thabarani yang menyebutkan bahwa orang-orang musyrik menawarkan kepada Rasulullahﷺ, agar beliau menyembah sesembahan mereka selama setahun dan mereka menyembah Rabb beliau selama setahun kemudian. Riwayat lain menutur Abd bin Humaid menyebutkan bahwa mereka berkata, 
"Andaikan engkau mau menerima sesembahan kami, kami pun mau menyembah sesembahanmu" (Tafhimul-Qur'an, 6/501).
Ibnu Ishaq meriwayatkan dengan sanadnya, dia berkata, 

"Selagi Rasulullahsedang tawaf di Ka'bah, beliau berpaspasan dengan Al-Aswad bin Al-Muththalib bin Asad bin Abdul Uzza dan Al-Walid bin Al-Mughirah bin Khalaf dan Al-Ash bin Wa'il As-Sahmi, yang mereka ini adalah para tetua kaumnya. Mereka berkata,

"Wahai Muhammad, kesinilah! Kami mau menyembah apa yang engkau sembah dan engkau juga harus menyembah apa yang kami sembah, sehingga kita bisa saling bersekutu dalam masalah ini. Jika apa yang engkau sembah ternyata lebih baik dari apa yang kami sembah, maka kami boleh melepas apa yang seharusnya menjadi bagian kami, dan jika apa yang kami sembah ternyata lebih baik dari yang engkau sembah, maka engkau harus melepas bagianmu."
Lalu Allah menurunkan surat Al-Kafirun,


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ﴿١
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٣
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٥
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦

1). Katakanlah: Hai orang-orang kafir
2). Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
3). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah
4). Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah
5). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah,
6). Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku
(QS. Al-Kafirun :1-6)

Allah telah menetapkan penawaran mereka yang menggelikan itu dengan rincian yang pasti seperti ini.

Boleh Jadi ada perbedaan riwayat mengenai masalah ini. Karena memang mereka menyodorkan penawaran tidak hanya sekali saja.


Wallahu a’lam bish-shawabi

2018-02-11

Rasulullahﷺ (Dakwah secara Terang-terangan) bag.2

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Melanjutkan dari postingan saya sebelumnya, maka pada bagian bagian postingan kali ini saya akan melanjutkannya mengenai masa dimana Rasulullahﷺ mulai bangkit untuk menyampaikan dakwahnya secara terang-terangan.

Menyampaikan Kebenaran Secara Terang-terangan dan Menentang Tindakan Orang-orang Musyrik.

Seruan beliau terus bergema di seantero Makkah, hingga kemudian turun ayat,

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik."
(Al-hijr : 94).

Maka Rasulullahﷺ langsung bangkit menyerang berbagai khufarat (menghubungkan suatu peristiwa yang terjadi dengan suatu perkara yang menutup akal) dan kebohongan syirik, menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki nilai. ketidakberdayaan berhala-berhala itu beliau gambarkan dengan beberapa contoh perumpamaan, disertai penjelasan-penjelasan bahwa siapa yang menyembah berhala dan menjadikannya wasilah antara dirinya dan Allah, berada dalam kesesatan nyata.

Makkah berpijar dengan api kemarahan, bergola dengan keanehan dan pengingkaran, tatkala mereka mendengar suara yang memperlihatkan kesesatan orang-orang musyrik dan para penyembah berhala. Suara itu seakan-akan petir yang membelah awan, berkilau, menggelegar, dan mengguncang udara yang tadinya tenang. Orang-orang Quraisy bangkit untuk menghadang revolusi yang datang secara tak terduga ini, dan yang dikhawatirkan akan merusak tradisi warisan mereka.

Mereka bangkit karena menyadari bahwa makna iman yang beliau serukan adalah penafian (penampikan, pengingkaran, penolakan, penyangkalan) terhadap uluhiyah (mengesakan segala bentuk peribadatan bagi Allah, seperti berdo'a, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya dari jenis-jenis ibadah) selain Allah, bahwa makna iman kepada Risalah dan Hari Akhirat adalah ketundukan dan kepasrahan secara total, sehingga mereka tidak lagi mempunyai pilihan terhadap diri dan harta mereka, terlebih lagi terhadap orang lain. Dengan kata lain, iman itu aan melumatkan kepemimpinan dan keunggulan mereka di atas semua bangsa Arab, yang sebelum itu juga menggunakan label agama. Dengan kata lain, mereka harus menetapkan keridhaan sesuai dengan keridhaan Allah dan Rasul-Nya, harus menghentikan berbagai bentuk kezaliman yang sebelum itu biasa mereka lakukan untuk menindas rakyat awam, begitu pula berbagai macam keburukan yang selalu mereka lakukan.

Mereka menangkap makna seperti itu, karena jiwa jiwa mereka tidak bisa menerima "Kedudukan yang hina", yang tidak mencerminkan kehormatan dan kebaikan.

بَلْ يُرِيدُ ٱلْإِنسَٰنُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُۥ
"Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus-menerus"
(Al-Qiyamah : 5).

Mereka menyadari semua itu. Tapi apa yang bisa mereka perbuat menghadapi orang yang jujur dan dapat dipercaya ini, menghadapi gambaran tertinggi dari nilai kemanusiaan dan akhlak yang mulia?. Sepanjang sejarah nenek moyang dan perjalanan berbagai kaum, mereka tidak pernah mengetahui bandingan yang seperi itu. Apa yang hendak mereka lakukan?. 

Quraisy  mengirim Utusan Kepada Abu Thalib

gambar ilustrasi
Setelah menguras pikiran, tidak ada jalan keluar lain bagi mereka kecuali mendatangi paman beliau, Abu Thalib. Mereka meminta kepadanya agar menghentikan segala apapun yang dilakukan anak saudaranya. Untuk menguatkan permintaan ini, mereka menggunakan selubung nenek moyang dan hakikat, dengan berkata, "Adanya ajakan untuk eninggalkan sesembahan mereka dan pernyataan bahwa sesembahan itu tidak bisa memberi manfaat dan tidak mampu berbuat apa-apa, merupakan pembodohan dan penyesatan terhadap nenek moyang mereka, yang sejak dahulu mereka sudah berada pada agama ini". Mereka merasa mendapatkan jalan ini. Oleh karena itu mereka langsung melaksanakannya.

Ibnu Ishaq menuturkan, beberapa pemuka Quraisy pergi ketempat Abu Thalib, lalu berkata,
"Wahai Abu Thalib, sesungguhnya anak saudaramu telah mencaci maki sesembahan kami, mencela agama kami, membodohkan harapan-harapan kami dan menyesatkan nenek moyang kami. Engkau boleh mencegahnya agar tidak mengganggu kami, atau biarkan antara dia dan kami, toh engkau juga seperti kami, marilah menetangnya sehingga kita bisa mencegahnya".

Dengan perkataa yang halus dan penolakan yang lembut, Abu Thalib menolak permintaan mereka. Maka mereka pun pulang dengan tangan hampa, sehingga Rasulullahﷺ bisa melanjutkan dakwah, menampakkan agama Allah dan menyeru kepadanya.

(Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 1/265)

Kutipan Sirah Nabawiyah Karya Syeikh Shafiyyurrahman Al-MubarakFuri.


2018-02-09

Rasulullahﷺ (Dakwah secara sembunyi-sembunyi)

Pada kesempatan kali ini saya akan kembali menyajikan sedikit kutipan "Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri".  Dalam hal periode masa dakwah junjungan kita, Nabi Allah baginda Rasulullahﷺ, dalam menyiarkan agama yang di rahmati Allah SWT, yaitu agama Islam.

Masa dakwah Rasulullahﷺ terbagi menjadi dua periode, yang satu sama lain sangat berbeda, yaitu:
  1. Periode Makkah, berjalan kira-kira selama 13 tahun.
  2. Periode Madinah, berjalan selama 10 tahun penuh
Setiap periode memiliki tahapan-tahapan tersendiri dengan kekhususannya masing-masing yang berbeda satu sama lain. Hal ini tampak jelas setelah meneliti berbagai unsur yang menyertai dakwah itu selama dua periode secara mendetail. Periode Makkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Tahapan Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi, Selama Tiga Tahun

Tiga Tahun Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi
Sebagaimana yang sudah diketahui, Makkah merupakan sentral agama bangsa Arab. Di sana ada peribadatan terhadap Ka'bah dan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan oleh seluruh bangsa Arab. 

Cita-cita untuk memperbaiki keadaan mereka tentu bertambah sulit dan berat jika orang yang hendak mengadakan perbaikan jauh dari lingkungan mereka. Hal ini membutuhkan kemauan keras yang tidak bisa diguncang musibah dan kesulitan. Maka dalam menghadapi kondisi seperti ini, tindakan yang paling bijaksana adalah tidak kaget karena tiba-tiba menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka.

Kawanan Pertama
Sangat lumrah jika Rasulullahﷺ menampakkan Islam pada awal mulanya kepada orang yang paling dekat dengan beliau, anggota keluarganya dan sahabat-sahabat karib beliau. Beliau menyeru mereka kepada Islam, juga menyeru siapapun yang dirasa memiliki kebaikan, yang sudah beliau kenal secara baik, yaitu mereka yang memang diketahui mencintai kebaikan dan kebenaran, mengenal kejujuran dan kelurusan beliau. Maka mereka yang diserukan ini langsung memenuhi seruan beliau. Karena mereka sama sekali tidak menyangsikan keagungan diri beliau dan kejujuran pengabaran yang beliau sampaikan.

Dalam tarikh Islam, mereka dikenal dengan sebutan As-Sabiqunal-Awwalan (yang terdahulu dan pertama-tama masuk Islam)

Mereka adalah istri beliau, Ummul-Mukminin Khadijah binti Khuwailid, pembantu beliau, Zaid bin Haritsah bin Syurahbi Al-Kalbi (dahulu dia merupakan tawanan lalu dijadikan budak dan dimiliki Khadijah, kemudian Khadijah memberikan kepada Rasulullahﷺ. Bapak dan pamannya pernah menemuinya untuk dibawa kembali ke tengah kaumnya. Namun dia lebih suka memilih hidup bersama Rasulullahﷺ. 

Lalu beliau mengangkatnya sebagai anak, layaknya anak kandung sendiri yang biasa berlaku di kalangan bangsa Arab, sehingga dia dikenal "Zaid bin Muhammad". Hingga datangnya Islam yang menghapus an), anak paman beliau, Ali bin Abu Thalib yang pada saat itu Ali masih anak-anak dan hidup dalam asuhan beliau dan sahabat karib beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Mereka ini masuk Islam pada hari pertama dimulainya dakwah.

Abu Bakar sangat bersemangat dalam berdakwah kepada Islam. Dia adalah seorang laki-laki yang lemah lembut, pengasih dan ramah juga memiliki akhlak yang mulia dan terkenal. Kaumnya suka mendatangi Abu Bakar dan menyenanginya, karena dia dikenal sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan sukses dalam berdagang serta baik pergaulannya dengan orang lain. Maka dia menyeru orang-orang dari kaumnya yang biasa duduk-duduk bersamanya dan yang dapat dipercayainya. Berkat seruannya, ada beberapa orang yang masuk Islam, yaitu Utsman bin Affan, Al-Umawi, Az-Zubair bin Awwan Al-Asadi, Abdurrahman bin Auf, Sa'd bin Abi Waqqash Az-Zuhriyah dan Thalhah bin Ubaidillah At-Taimi.

Kawanan lain yang juga lebih dulu masuk Islam adalah Bilal bin Rabbah Al-Habsyi, kemudian disusul umat ini, Abu Ubaidah Amir bin Al-Jarrah dari Bani Al-Harits bin Fihr, Abu Salamah bin Abdul Assad, Al-Arqam bin Abil-Arqam Al-Makhzumi, Utsman bin Mazh'un dan kedua saudaranya, Qudmah dan Abdullah, Ubaidah bin Al-Harits bin Al-Muththalib bin Abdi Manaf, Sa'id bin Zaid Al-Adawi dan istrinya, Al-Khaththab, Khabbab bin Al-Aratt, Abdullah bin Mas'ud Al-Hudzali dan masih banyak lagi.
(Lihat Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam 1/245-262).

Mereka ini juga disebut "As-Sabiqunal-Awwalan", yang semuanya berasal dari kabilah Quraisy. Ibnu Hisyam menghitung jumlah mereka lebih dari empat puluh orang. Namun siapa-siapa yang disebutkan selain yang diatas perlu diteliti lagi.

Ibnu Ishaq berkata, 
"Setelah itu banyak orang yang masuk Islam baik laki-laki maupun perempuan, sehingga nama Islam menyebar di seluruh Makkah dan banyak yang membicarakannya".
Mereka masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Rasulullahﷺ menemui mereka dan mengajarkan agama secara kucing-kucingan. Sebab, dakwah saat itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan.

2. Tahapan dakwah secara terang-terangan ditengah penduduk Makkah, yang dimulai sejak tahun ke-4 dari Nubuwah sampai akhir tahun kesepuluh.

3. Tahapan dakwah diluar Makkah dan penyebarannya, yang dimulai sejak tahun ke-4 dari Nubuwah hingga akhir tahun ke-10 dari Nubuwah hingga hijrah ke Madinah.

(Sirah Nabawiyah, Shaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri)

Dakwah Rasulullahﷺ (Secara Terang-terangan) bag.1

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Seperti yang pernah saya bahas pada artikel saya sebelumnya, mengenai bagian-bagian periode dakwah Rasulullah yang terbagi menjadi tiga bagian, yang sudah saya sampaikan mengenai dakwah secara sembunyi-sembunyi.

Dan pada postingan saya kali ini, kembali akan saya lanjutkan mengenai tahapan dakwah Rasulullah setelah dakwah secara sembunyi-sembunyi, kini beliau melakukan dakwah nya secara terang-terangan. Wahyu yang pertama turun dalam masalah ini adalah sebagaimana yang telah di firmankan Allah,

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat." 
(Asy-Syu'ara' :214).
Permulaan surat Asy-Syu'ara' yang memuat ayat ini menyebutkan kisah Musa as dari permulaan Nubuwah hingga hijrah beliau bersama Bani Israil, hingga mereka selamat dari Fir'aun dan kaumnya yang berkesudahan dengan tenggelamnya Fir'aun dan para pengikutnya. Kisah ini memuat tahapan-tahapan yang dilalui Musa as selama menyeru Fir'aun dan kaumnya kepada Allah.

Rincian tahapan-tahapan dakwah Musa as ini perlu disampaikan saat Rasulullahﷺ menyeru kepada kaumnya kepada Allah agar beliau dan sahabatnya memperoleh sedikit gambaran yang bakal dihadapi, yaitu berupa pendustaan dan tekanan selagi mereka sudah menampakkan dakwah. Dengan begitu mereka bisa menyadari urusan sejak permulaan dakwah.

Disisi lain, surah ini juga membuat kesudahan yang dialami orang-orang yang mendustakan para Rasul, dari kaum Nuh, Ad, Tsamud, Ibrahim, Luth, dan Ashabul Aikah, dengan menitikberatkan penyebutan kisah tentang Fir'aun dan kaumnya, agar orang-orang yang mendustakan mengetahui hukuman yang bakal diturunkan Allah jika mereka tetap mendustakan, dan agar orang-orang yang beriman juga mengetahui kesudahan yang baik bagi mereka, yang tidak akan didapatkan orang-orang yang mendustakan Nubuwah.

Menyeru Kerabat-kerabat Dekat

Langkah pertama yang dilakukan Rasulullahﷺ setelah turun ayat diatas ialah mengundang Bani Hasyim. Mereka memenuhi undangan ini, yaitu beberapa orang dari Bani Al-Muththalib bin Abdi Manaf, yang jumlahnya ada 45 orang. Sebelum beliau berbicara. Abu Lahab sudah mendahului angkat bicara, 
Mereka yang hadir disini adalah paman-pamanmu sendiri dan anak-anaknya. Maka bicaralah jika ingin berbicara dan tidak perlu bersikap kekanak-kanakan. Ketahuilah bahwa tidak ada orang Arab yang berani mengernyitkan dahi terhadap kaummu. Dengan begitu aku berhak menghukummu. Biarkanlah urusan Bani bapakmu. Jika engkau tetap bertahan dengan urusanmu ini, maka itu lebih mudah bagi mereka daripada seluruh kabilah Quraisy menerkammu dan semua bangsa Arab ikut campur tangan. Engkau tidak pernah melihat seorang pun dari Bani bapaknya yang pernah berbuat macam-macam seperti engkau perbuat saat ini.”
Rasulullahﷺ hanya diam dan sama sekali tidak berbicara dalam pertemuan itu. Kemudian beliau mengundang mereka untuk yang kedua kalinya, dan dalam pertemuan ini beliau bersabda, 
Segala puji Allah dan aku memuji-Nya, memohon pertolongan, percaya dan tawakal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya.” 
Kemudian beliau melanjutkan lagi, 
“Sesungguhnya seorang pemandu itu tidak akan mendustakan keluarganya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain Dia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian secara khusus dan kepada seluruh manusia pada umumnya. Demi Allah, kalian benar-benar akan mati layaknya sedang tidur nyenyak, dan akan dibangkitkan lagi layaknya orang bangun tidur. Kalian benar-benar akan dihisab terhadap apapun yang kalian perbuat, lalu disana ada surga yang abadi dan neraka yang abadi pula.”
Abu Thalib berkata, 
Kami tidak suka menolongmu, menjadi penasihatmu dan membenarkan perkataanmu. Orang-orang yang menjadi Bani bapakmu ini sudah bersepakat. Aku hanyalah segelintir orang diantara mereka. Namun akulah orang yang pertama kali mendukung apa yang engkau sukai. Maka lanjutkanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku senantiasa akan menjaga dan melindungimu, namun aku tidak mempunyai pilihan lain untuk meninggalkan agama Bani Abdul Muthalib.”
Abu Lahab berkata, 
Demi Allah, ini adalah kabar buruk. Ambillah tindakan terhadap dirinya sebelum orang lain yang melakukannya.
Abu Thalib menimpali, 
Demi Allah, kami tetap akan melindungi selagi kami masih hidup ".
(Fiqhus-Sirah, Ibnu-Atsir, hal. 77-78)


Di Atas Bukit Shafa

Setelah Nabi Muhammadﷺ merasa yakin terhadap janji Abu Thalib untuk melindungi dalam menyampaikan wahyu dari Allah, maka suatu hari beliau berdiri di atas Shafa, lalu berseru, “Wahai semua orang!” Maka semua suku Quraisy berkumpul memenuhi seruan beliau, lalu beliau mengajak mereka kepada tauhid dan iman kepada risalah beliau serta iman kepada Hari Akhirat.
Al-Bukhari telah meriwayatkan sebagian dari kisah ini, dari Ibnu Abbas, dia berkata, Tatkala turun ayat, “Dan, berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat”, maka Rasulullahﷺ naik ke Shafa, lalu berseru, “Wahai Bani Fihr, wahai Bani Adi!” yang ditujukan kepada semua suku Quraisy, sehingga mereka berkumpul semua. Jika ada seorang yang berhalangan hadir, maka dia mengirim utusan untuk melihat apa yang terjadi. Abu Lahab beserta para pemuka Quraisy juga ikut datang.
Beliau melanjutkan, 
Apa pendapat kalian jika kukabarkan bahwa dilembah ini ada pasukan kuda mengepung kalian, apakah kalian percaya kepadaku?
Benar,” jawab mereka, “Kami tidak pernah mempunyai pengalaman bersama engkau kecuali kejujuran.”
Beliau bersabda, 
Sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian sebelum datangnya azab yang pedih.”
Abu Lahab berkata, 
Celakalah engkau untuk selama-lamanya. Untuk inikah engkau mengumpulkan kami?”.
Lalu turun ayat, “Celakalah kedua tangan Abu Lahab”.
(Shahih Al-Bukhari, 2/702,743. Riwayat ini juga ditakhrij di dalam shahih muslim, 1/114).

Muslim meriwayatkan bagian lain dari kisah ini dari Abu Hurairah, dia berkata, 
Tatkala turun ayat, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat”, beliau menyeru secara umum maupun khusus, lalu bersabda, “Wahai semua orang Quraisy, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Ka'b, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Fatimah binti Muhammad, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Demi Allah, sesungguhnya aku tidak dapat berbuat apapun terhadap diri kalian dihadapan Allah kecuali jika kalian mempunyai kerabat dekat, sehingga aku bisa membasahinya menurut kebasahan".
Seruan melengking inilah yang menjadi tujuan penyampaian dakwah. Rasulullah sudah menjelaskan kepada orang-orang yang dekat dengan diri beliau, bahwa pembenaran terhadap risalah beliau merupakan inti hubungan antara diri beliau dan mereka. Fanatisme kekerabatan yang selama itu dipegang erat bangsa Arab menjadi mencair dalam kehangatan peringatan yang datang dari sisi Allah.

Demikianlah sedikit kutipan dari Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri yang akan saya lanjutkan pada postingan saya berikutnya. Semoga bisa memberikan sedikit manfaat bagi anda, dan terimakasih sudah mampir ke blog saya


وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

2018-01-22

Perintah dakwah kepada Rasulullahﷺ


Rasulullahﷺ mendapat berbagai macam perintah dalam firman Allah:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


يٰأَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ ۙ١
1. Wahai orang yang berkemul (berselimut)!



قُمْ فَأَنْذِرْ ۖ٢

2. bangunlah, lalu berilah peringatan!

وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ ۖ٣
3. dan agungkanlah Tuhanmu,

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ ۖ٤
4. dan bersihkanlah pakaianmu,

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ ۖ٥
5. dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji,

وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ ۖ٦
6. dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.

وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ ۗ٧
7. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.
(Al Muddatstsir: 1-7)


Perintah dakwah Rasulullah Shalallahu Alaihi wassalam

Sepintas lalu ini merupakan perintah-perintah yang sederhana dan remeh, namun pada hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh. Berpengaruh sangat kuat dan nyata yang dapat di rinci sebagai berikut;
  1. Tujuan pemberian peringatan, agar siapapun yang menyalahi keridhaan Allah di dunia ini diberi peringatan tentang akibatnya yang pedih di kemudian hari, dan yang pasti akan mendatangkan kegelisahan dan ketakutan di dalam hatinya.

  2. Tujuan mengagungkan Rabb, agar siapapun yang menyombongkan diri di dunia tidak dibiarkan begitu saja melainkan kekuatannya akan dipunahkan dan keadaannya akan dibalik total. Sehingga tidak ada kebesaran yang tersisa di dunia, selain kebesaran Allah

  3. Tujuan membersihkan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa agar kebersihan lahir dan batin benar-benar tercapai, begitu pula dalam membersihkan jiwa dari segala noda dan kotoran bisa mencapai titik kesempurnaan, agar jiwa manusia berada dibawah lindungan rahmat Allah, penjagaan, pemeliharaan, hidayah dan cahaya-Nya. Sehingga dia     menjadi sosok paling ideal di tengah masyarakat manusia, mengundang pesona hati dan decak kekaguman.

  4. Tujuan larangan mengharap yang lebih banyak dari apa yang di berikan, agar seseorang tidak menganggap perbuatan dan usahanya sesuatu yang lebih besar lagi hebat, agar senantiasa berbuat dan berbuat lebih banyak berusaha dan berkorban, lalu melupakannya. Bahkan dengan perasaannya di hadapan Allah, dia tidak merasa telah berbuat dan berkorban.

  5. Dalam ayat terakhir terdapat isyarat tentang gangguan, siksaan, ejekan dan olok-olok yang bakal dilancarkan orang-orang yang menentang, bahkan mereka berusaha membunuh beliau dan membunuh para sahabat serta menekan setiap orang-orang yang beriman di sekitar beliau. Allah memerintahkan agar beliau bersabar dalam menghadapi semua itu, dengan modal kekuatan dan ketabahan hati, bukan dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, tetapi karena keridhaan Allah semata.

  6. Allah maha besar. Alangkah sederhananya perintah-perintah ini jika di lihat sepintas lalu. Alangkah lembut sentuhannya. Tetapi betapa besar dan berat pengamalannya, alangkah besar pengaruh goncangannya terhadap seisi alam dan membiarkan sebagian membentur bagian yang lain.


Ayat-ayat ini sendiri mengandung materi-materi dakwah dan tabligh. Peringatan pemberitahuan itu sendiri biasanya mengundang berbagai reaksi yang kurang menyenangkan bagi pelakunya. Apalagi semua orang sudah tahu bahwa dunia ini tidak mau tahu apa yang dilakukan manusia dan tidak akan memberi balasan apapun terhadap apapun yang mereka kerjakan. Pemberian peringatan menuntut kedatangan suatu hari di luar hari-hari di dunia yang pada saat itu akan ada pembalasan. Hari itu adalah hari Kiamat atau hari pembalasan. Hal ini mengharuskan adanya suatu kehidupan lain yang berbeda dengan kehidupan yang dijalani manusia di dunia.

Semua ayat ini menuntut tauhid yang jelas dari manusia, penyerahan urusan kepada Allah, meninggalkan kesenangan diri sendiri dan keridhaan manusia untuk dipasrahkan kepada keridhaan Allah.
Jadi hal-hal yang terangkum disini meliputi:


  1. Tauhid

  2. Iman kepada Hari Akhirat

  3. Membersihkan jiwa dengan cara menjauhi kemungkaran dan kekejian yang kadang-kadang mengakibatkan munculnya hal-hal yang kurang menyenangkan, mencari keutamaan, kesempurnaan, dan perbuatan-perbuatan yang baik.

  4. Menyerahkan semua urusan kepada Allah

  5. Semua itu dilakukan setelah beriman kepada risalah Muhammad, bernaung dibawah kepemimpinan dan bimbingan beliau yang lurus.

Perintah dakwah Rasulullah Shalallahu Alaihi wassalam

Maka Rasulullahﷺ bangkit, dan setelah itu selama dua puluh lima tahun beliau tidak pernah istirahat dan diam, tidak hidup untuk diri sendiri dan keluarga beliau. Beliau bangkit dan senantiasa bangkit untuk berdakwah di jalan Allah, memanggul beban yang berat di pundaknya, tidak mengeluh dalam melaksanakan beban amanah yang besar di muka bumi ini, memikul beban kehidupan semua manusia, beban akidah, perjuangan dan jihad di berbagai medan.

Beliau pernah hidup di medan peperangan secara terus-menerus dan berkepanjangan, semenjak beliau mendengar
seruan yang agung dan mendapat beban kewajiban.
" Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada beliau dan kepada siapapun yang berjuang di jalan Allah ".

(Fi Zhilail-Qur'an, Tafsir Al-Muzzammil dan Al-Muddatstsir, 29/168-182)
(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, hal. 69-71)

2018-01-21

Sedikit penjelasan tentang pembagian wahyu


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم



Ibnu Qayyim menyebutkan tingkatkan-tingkatan wahyu, yaitu:

  1. Mimpi yang hakiki. Ini merupakan permulaan wahyu yang turun kepada Nabi Muhammadﷺ.

  2. Apa yang di susupkan ke dalam jiwa dan hati beliau, tanpa dilihatnya, sebagaimana yang dikatakan Muhammadﷺ, "sesungguhnya Ruhul-Qudus menghembuskan kedalam diriku, bahwa suatu jiwa sama sekali tidak akan mati hingga disempurnakan rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah, baguskan dalam meminta, dan janganlah kalian menganggap lamban datangnya rezeki, sehingga kalian mencarinya dengan cara mendurhakai Allah, karena apa yang ada disisi Allah tidak akan bisa diperoleh kecuali dengan mentaati-Nya.

  3. Malaikat muncul dihadapan Rasulullahﷺ dalam rupa seorang laki-laki, lalu berbicara dengan beliau hingga beliau bisa menangkap secara langsung apa yang dibicarakannya. Dalam tingkatan ini kadang-kadang para sahabat juga dapat melihatnya.

  4. Wahyu itu datang menyerupai gemerincing lonceng. Ini merupakan wahyu yang paling berat dan malaikat tidak terlihat oleh pandangan Nabi Muhammadﷺ hingga dahi beliau berkerut mengeluarkan keringat sekalipun pada waktu yang sangat dingin dan hingga hewan tunggangan beliau menderum ke tanah jika beliau sedang menaikinya. Wahyu seperti ini pernah datang tatkala paha beliau berada di atas Zaid bin Tsabit, sehingga Zaid merasa keberatan dan hampir saja tidak kuat menyangganya.

  5. Nabi Muhammadﷺ bisa melihat malaikat dalam rupa aslinya, lalu menyampaikan wahyu seperti yang dikehendaki Allah kepada beliau.
    Wahyu seperti ini pernah datang dua kali, sebagaimana yang disebutkan Allah di dalam surat An-Najm.

  6. Wahyu yang disampaikan Allah kepada beliau, yaitu di atas lapisan-lapisan langit pada  malam Mi'raj yang berisi kewajiban shalat dan lain-lainnya.

  7. Allah berfirman secara langsung dengan nabi Muhammadﷺ tanpa menggunakan perantara, sebagaimana Allah berfirman kepada Musa bin Imran.
    Wahyu semacam ini pasti berlaku bagi Musa berdasarkan nash Al-Qur'an dan menurut penuturan beliau dalam hadits tentang Isra'.

Sebagian pakar menambahi dengan tingkatan wahyu yang kedelapan, yaitu Allah berfirman langsung dihadapan beliau tanpa ada tabir. Ini termasuk masalah yang di pertentangkan orang-orang shalaf maupun khalaf.

Begitulah uraian singkat tentang tingkatan-tingkatan wahyu, dari yang pertama hingga kedelapan. Namun yang pasti, tingkatan yang terakhir ini merupakan pendapat yang tidak kuat.


(Zadul-Ma'ad, 1/18).

(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri hal.67-68).

Jibril turun membawa wahyu untuk kedua kalinya


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم


Artikel saya pada kali ini adalah mengenai turunnya Malaikat jibril untuk yang kedua kalinya kepada Nabi Muhammadﷺ yang saya kutip dari buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, yang saya sajikan untuk pebaca di blog saya ini.

Ibnu Hajar menuturkan, selama wahyu terputus untuk beberapa hari lamanya, beliau ketakutan dan berduka, namun kedukaannya segera sirna dan kembali seperti sebelumnya tatkala bayang-bayang kebingungan mulai surut, tanda-tanda kebenaran mulai membias, dan beliau menyadari secara yakin bahwa kini beliau benar-benar menjadi seorang nabi Allah yang Mahabesar dan Mahatinggi, bahwa yang mendatangi beliau adalah duta pembawa wahyu yang menyampaikan pengabaran langit, kegelisahan dan penantiannya terhadap kedatangan wahyu merupakan sebab keteguhan hatinya jika wahyu itu datang lagi, maka Jibril datang lagi untuk kedua kalinya.



Al-Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa dia pernah mendengar dari Rasulullahﷺ menuturkan masa turunnya wahyu. Beliau bersabda, 
"Tatkala aku sedang berjalan, tiba-tiba ku dengar sebuah suara yang berasal dari langit. Aku mendongakkan kepala kearah langit. Ternyata di sana ada malaikat yang mendatangi ku di gua Hira," sedang duduk di sebuah kursi yang menggantung di antara langit dan bumi. Aku mendekatinya hingga tiba-tiba aku terjerembab ke atas tanah. Kemudian aku menemui keluargaku, dan ku katakan, "Selimutilah aku, Selimutilah aku." 
Lalu Allah menurunkan surat Al Muddatstsir: 1-5,


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

(1). يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
Hai orang yang berkemul (berselimut),

(2). قُمْ فَأَنْذِرْ
bangunlah, lalu berilah peringatan!

(3). وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
dan Tuhanmu agungkanlah,

(4). وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
dan pakaianmu bersihkanlah,

(5). وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah,


Setelah itu wahyu datang secara berturut-turut.

(Shahihul-Bukhari, Kitabut-Taf'sir, bab-Rujza Fahjar, 2/733)
(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri hal. 66-67)

Demikian rahasia kebangkitan Risalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang diawali dengan kelahiran beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian dilanjutkan dengan turunnya wahyu yang pertama ketika akhir usia beliau yang ke 39, kemudian wahyu yang kedua turun ketika usia beliau tepat mencapai 40 tahun, dan terus wahyu Allah subhanahu wata’ala turun kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam hingga beliau berjuang selama 13 tahun di Makkah, kemudian hijrah ke Madinah Al Munawwarah selama 10 tahun, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meninggalakan Madinah dan kaum muslimin untuk menghadap Allah subhanahu wata’ala.



Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam wafat dan meninggalkan dunia namun rahasia keluhuran beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sirna dari zaman ke zaman dan hingga malam hari ini kita masih berada dalam naungan cahaya kebangkitan risalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.




Maka, malam 17 Ramadhan adalah malam pertama diturunkannya ayat-ayat Al qur’an dan di malam itu juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa untuk kemenangan Ahlu Badr Al Kubra yang terjadi pada tahun ke 2 H, kurang lebih 15 tahun setelah wahyu pertama (QS. Al ‘Alaq : 1-5 ) turun kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.




Semoga Allah subhanahu wata’ala memuliakan kita dengan Rahasia kemuliaan bulan Ramadhan. Maka perindahlah siang-siang hari kita di bulan Ramadhan ini dengan puasa dan ibadah lainnya, serta hiasilah dan sempurnakan malam-malamnya dengan memperbanyak shalat tarawih dan membaca Al qur’an.




Cukuplah bagi kita untuk melewati kehidupan kita ini dengan permainan, karena hakikat kehidupan dunia adalah permainan.
Firman Allah,


وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”.

(QS. Al An’aam : 32)

Demikanlah sedikit kisah mengenai turunnya Malaikat JIbril untuk kedua kalinya kepada Rasullulahﷺ yang telah dikisahkan oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam bukunya yang berjudul Sirah Nabawiyah.

Semoga apa yang sudah saya postingkan ini dapat menjadi salah satu penambah wawasan pengetahuan kita dalam memahami Islam secara keseluruhan terutama dapat menambahkan rasa cinta kita kepada Rasullulahﷺ.

Featured Post

Kisah Perjuangan Rasululahﷺ Dalam Berdakwah