2018-01-22

Perintah dakwah kepada Rasulullahﷺ


Rasulullahﷺ mendapat berbagai macam perintah dalam firman Allah:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


يٰأَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ ۙ١
1. Wahai orang yang berkemul (berselimut)!



قُمْ فَأَنْذِرْ ۖ٢

2. bangunlah, lalu berilah peringatan!

وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ ۖ٣
3. dan agungkanlah Tuhanmu,

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ ۖ٤
4. dan bersihkanlah pakaianmu,

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ ۖ٥
5. dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji,

وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ ۖ٦
6. dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.

وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ ۗ٧
7. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.
(Al Muddatstsir: 1-7)


Perintah dakwah Rasulullah Shalallahu Alaihi wassalam

Sepintas lalu ini merupakan perintah-perintah yang sederhana dan remeh, namun pada hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh. Berpengaruh sangat kuat dan nyata yang dapat di rinci sebagai berikut;
  1. Tujuan pemberian peringatan, agar siapapun yang menyalahi keridhaan Allah di dunia ini diberi peringatan tentang akibatnya yang pedih di kemudian hari, dan yang pasti akan mendatangkan kegelisahan dan ketakutan di dalam hatinya.

  2. Tujuan mengagungkan Rabb, agar siapapun yang menyombongkan diri di dunia tidak dibiarkan begitu saja melainkan kekuatannya akan dipunahkan dan keadaannya akan dibalik total. Sehingga tidak ada kebesaran yang tersisa di dunia, selain kebesaran Allah

  3. Tujuan membersihkan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa agar kebersihan lahir dan batin benar-benar tercapai, begitu pula dalam membersihkan jiwa dari segala noda dan kotoran bisa mencapai titik kesempurnaan, agar jiwa manusia berada dibawah lindungan rahmat Allah, penjagaan, pemeliharaan, hidayah dan cahaya-Nya. Sehingga dia     menjadi sosok paling ideal di tengah masyarakat manusia, mengundang pesona hati dan decak kekaguman.

  4. Tujuan larangan mengharap yang lebih banyak dari apa yang di berikan, agar seseorang tidak menganggap perbuatan dan usahanya sesuatu yang lebih besar lagi hebat, agar senantiasa berbuat dan berbuat lebih banyak berusaha dan berkorban, lalu melupakannya. Bahkan dengan perasaannya di hadapan Allah, dia tidak merasa telah berbuat dan berkorban.

  5. Dalam ayat terakhir terdapat isyarat tentang gangguan, siksaan, ejekan dan olok-olok yang bakal dilancarkan orang-orang yang menentang, bahkan mereka berusaha membunuh beliau dan membunuh para sahabat serta menekan setiap orang-orang yang beriman di sekitar beliau. Allah memerintahkan agar beliau bersabar dalam menghadapi semua itu, dengan modal kekuatan dan ketabahan hati, bukan dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, tetapi karena keridhaan Allah semata.

  6. Allah maha besar. Alangkah sederhananya perintah-perintah ini jika di lihat sepintas lalu. Alangkah lembut sentuhannya. Tetapi betapa besar dan berat pengamalannya, alangkah besar pengaruh goncangannya terhadap seisi alam dan membiarkan sebagian membentur bagian yang lain.


Ayat-ayat ini sendiri mengandung materi-materi dakwah dan tabligh. Peringatan pemberitahuan itu sendiri biasanya mengundang berbagai reaksi yang kurang menyenangkan bagi pelakunya. Apalagi semua orang sudah tahu bahwa dunia ini tidak mau tahu apa yang dilakukan manusia dan tidak akan memberi balasan apapun terhadap apapun yang mereka kerjakan. Pemberian peringatan menuntut kedatangan suatu hari di luar hari-hari di dunia yang pada saat itu akan ada pembalasan. Hari itu adalah hari Kiamat atau hari pembalasan. Hal ini mengharuskan adanya suatu kehidupan lain yang berbeda dengan kehidupan yang dijalani manusia di dunia.

Semua ayat ini menuntut tauhid yang jelas dari manusia, penyerahan urusan kepada Allah, meninggalkan kesenangan diri sendiri dan keridhaan manusia untuk dipasrahkan kepada keridhaan Allah.
Jadi hal-hal yang terangkum disini meliputi:


  1. Tauhid

  2. Iman kepada Hari Akhirat

  3. Membersihkan jiwa dengan cara menjauhi kemungkaran dan kekejian yang kadang-kadang mengakibatkan munculnya hal-hal yang kurang menyenangkan, mencari keutamaan, kesempurnaan, dan perbuatan-perbuatan yang baik.

  4. Menyerahkan semua urusan kepada Allah

  5. Semua itu dilakukan setelah beriman kepada risalah Muhammad, bernaung dibawah kepemimpinan dan bimbingan beliau yang lurus.

Perintah dakwah Rasulullah Shalallahu Alaihi wassalam

Maka Rasulullahﷺ bangkit, dan setelah itu selama dua puluh lima tahun beliau tidak pernah istirahat dan diam, tidak hidup untuk diri sendiri dan keluarga beliau. Beliau bangkit dan senantiasa bangkit untuk berdakwah di jalan Allah, memanggul beban yang berat di pundaknya, tidak mengeluh dalam melaksanakan beban amanah yang besar di muka bumi ini, memikul beban kehidupan semua manusia, beban akidah, perjuangan dan jihad di berbagai medan.

Beliau pernah hidup di medan peperangan secara terus-menerus dan berkepanjangan, semenjak beliau mendengar
seruan yang agung dan mendapat beban kewajiban.
" Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada beliau dan kepada siapapun yang berjuang di jalan Allah ".

(Fi Zhilail-Qur'an, Tafsir Al-Muzzammil dan Al-Muddatstsir, 29/168-182)
(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, hal. 69-71)

2018-01-21

Sedikit penjelasan tentang pembagian wahyu


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم



Ibnu Qayyim menyebutkan tingkatkan-tingkatan wahyu, yaitu:

  1. Mimpi yang hakiki. Ini merupakan permulaan wahyu yang turun kepada Nabi Muhammadﷺ.

  2. Apa yang di susupkan ke dalam jiwa dan hati beliau, tanpa dilihatnya, sebagaimana yang dikatakan Muhammadﷺ, "sesungguhnya Ruhul-Qudus menghembuskan kedalam diriku, bahwa suatu jiwa sama sekali tidak akan mati hingga disempurnakan rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah, baguskan dalam meminta, dan janganlah kalian menganggap lamban datangnya rezeki, sehingga kalian mencarinya dengan cara mendurhakai Allah, karena apa yang ada disisi Allah tidak akan bisa diperoleh kecuali dengan mentaati-Nya.

  3. Malaikat muncul dihadapan Rasulullahﷺ dalam rupa seorang laki-laki, lalu berbicara dengan beliau hingga beliau bisa menangkap secara langsung apa yang dibicarakannya. Dalam tingkatan ini kadang-kadang para sahabat juga dapat melihatnya.

  4. Wahyu itu datang menyerupai gemerincing lonceng. Ini merupakan wahyu yang paling berat dan malaikat tidak terlihat oleh pandangan Nabi Muhammadﷺ hingga dahi beliau berkerut mengeluarkan keringat sekalipun pada waktu yang sangat dingin dan hingga hewan tunggangan beliau menderum ke tanah jika beliau sedang menaikinya. Wahyu seperti ini pernah datang tatkala paha beliau berada di atas Zaid bin Tsabit, sehingga Zaid merasa keberatan dan hampir saja tidak kuat menyangganya.

  5. Nabi Muhammadﷺ bisa melihat malaikat dalam rupa aslinya, lalu menyampaikan wahyu seperti yang dikehendaki Allah kepada beliau.
    Wahyu seperti ini pernah datang dua kali, sebagaimana yang disebutkan Allah di dalam surat An-Najm.

  6. Wahyu yang disampaikan Allah kepada beliau, yaitu di atas lapisan-lapisan langit pada  malam Mi'raj yang berisi kewajiban shalat dan lain-lainnya.

  7. Allah berfirman secara langsung dengan nabi Muhammadﷺ tanpa menggunakan perantara, sebagaimana Allah berfirman kepada Musa bin Imran.
    Wahyu semacam ini pasti berlaku bagi Musa berdasarkan nash Al-Qur'an dan menurut penuturan beliau dalam hadits tentang Isra'.

Sebagian pakar menambahi dengan tingkatan wahyu yang kedelapan, yaitu Allah berfirman langsung dihadapan beliau tanpa ada tabir. Ini termasuk masalah yang di pertentangkan orang-orang shalaf maupun khalaf.

Begitulah uraian singkat tentang tingkatan-tingkatan wahyu, dari yang pertama hingga kedelapan. Namun yang pasti, tingkatan yang terakhir ini merupakan pendapat yang tidak kuat.


(Zadul-Ma'ad, 1/18).

(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri hal.67-68).

Jibril turun membawa wahyu untuk kedua kalinya


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم


Artikel saya pada kali ini adalah mengenai turunnya Malaikat jibril untuk yang kedua kalinya kepada Nabi Muhammadﷺ yang saya kutip dari buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, yang saya sajikan untuk pebaca di blog saya ini.

Ibnu Hajar menuturkan, selama wahyu terputus untuk beberapa hari lamanya, beliau ketakutan dan berduka, namun kedukaannya segera sirna dan kembali seperti sebelumnya tatkala bayang-bayang kebingungan mulai surut, tanda-tanda kebenaran mulai membias, dan beliau menyadari secara yakin bahwa kini beliau benar-benar menjadi seorang nabi Allah yang Mahabesar dan Mahatinggi, bahwa yang mendatangi beliau adalah duta pembawa wahyu yang menyampaikan pengabaran langit, kegelisahan dan penantiannya terhadap kedatangan wahyu merupakan sebab keteguhan hatinya jika wahyu itu datang lagi, maka Jibril datang lagi untuk kedua kalinya.



Al-Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa dia pernah mendengar dari Rasulullahﷺ menuturkan masa turunnya wahyu. Beliau bersabda, 
"Tatkala aku sedang berjalan, tiba-tiba ku dengar sebuah suara yang berasal dari langit. Aku mendongakkan kepala kearah langit. Ternyata di sana ada malaikat yang mendatangi ku di gua Hira," sedang duduk di sebuah kursi yang menggantung di antara langit dan bumi. Aku mendekatinya hingga tiba-tiba aku terjerembab ke atas tanah. Kemudian aku menemui keluargaku, dan ku katakan, "Selimutilah aku, Selimutilah aku." 
Lalu Allah menurunkan surat Al Muddatstsir: 1-5,


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

(1). يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
Hai orang yang berkemul (berselimut),

(2). قُمْ فَأَنْذِرْ
bangunlah, lalu berilah peringatan!

(3). وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
dan Tuhanmu agungkanlah,

(4). وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
dan pakaianmu bersihkanlah,

(5). وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah,


Setelah itu wahyu datang secara berturut-turut.

(Shahihul-Bukhari, Kitabut-Taf'sir, bab-Rujza Fahjar, 2/733)
(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri hal. 66-67)

Demikian rahasia kebangkitan Risalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang diawali dengan kelahiran beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian dilanjutkan dengan turunnya wahyu yang pertama ketika akhir usia beliau yang ke 39, kemudian wahyu yang kedua turun ketika usia beliau tepat mencapai 40 tahun, dan terus wahyu Allah subhanahu wata’ala turun kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam hingga beliau berjuang selama 13 tahun di Makkah, kemudian hijrah ke Madinah Al Munawwarah selama 10 tahun, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meninggalakan Madinah dan kaum muslimin untuk menghadap Allah subhanahu wata’ala.



Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam wafat dan meninggalkan dunia namun rahasia keluhuran beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sirna dari zaman ke zaman dan hingga malam hari ini kita masih berada dalam naungan cahaya kebangkitan risalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.




Maka, malam 17 Ramadhan adalah malam pertama diturunkannya ayat-ayat Al qur’an dan di malam itu juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa untuk kemenangan Ahlu Badr Al Kubra yang terjadi pada tahun ke 2 H, kurang lebih 15 tahun setelah wahyu pertama (QS. Al ‘Alaq : 1-5 ) turun kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.




Semoga Allah subhanahu wata’ala memuliakan kita dengan Rahasia kemuliaan bulan Ramadhan. Maka perindahlah siang-siang hari kita di bulan Ramadhan ini dengan puasa dan ibadah lainnya, serta hiasilah dan sempurnakan malam-malamnya dengan memperbanyak shalat tarawih dan membaca Al qur’an.




Cukuplah bagi kita untuk melewati kehidupan kita ini dengan permainan, karena hakikat kehidupan dunia adalah permainan.
Firman Allah,


وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”.

(QS. Al An’aam : 32)

Demikanlah sedikit kisah mengenai turunnya Malaikat JIbril untuk kedua kalinya kepada Rasullulahﷺ yang telah dikisahkan oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam bukunya yang berjudul Sirah Nabawiyah.

Semoga apa yang sudah saya postingkan ini dapat menjadi salah satu penambah wawasan pengetahuan kita dalam memahami Islam secara keseluruhan terutama dapat menambahkan rasa cinta kita kepada Rasullulahﷺ.

2018-01-19

Terputusnya wahyu Allah ﷻ kepada Muhammadﷺ


Tentang jangka waktu terputusnya wahyu, Ibnu Sa'd meriwayatkan dari Ibnu Abbas, yang pada intinya menjelaskan bahwa jangka waktunya adalah beberapa hari. Inilah pendapat kuat dan bahkan yang bisa dipastikan, setelah mengadakan penyelidikan dari segala sisi.

Pendapat yang banyak menyebar, bahwa masa terputusnya wahyu itu berlangsung selama tiga tahun atau dua setengah tahun, merupakan pendapat yang tidak benar.
Namun bukan disini tempatnya untuk menyanggah pendapat ini secara rinci.

Pada masa terputusnya wahyu itu, Muhammadﷺ hanya diam dalam keadaan termenung sedih. Rasa kaget dan bingung melingkupi diri beliau.

Al-Bukhari meriwayatkan di dalam Kitabut-Ta'bir, yang isinya sebagai berikut:
"Wahyu terputus selang beberapa waktu, hingga nabi Muhammadﷺ dirundung kedukaan seperti halnya kita yang sedang berduka".


Beberapa kali beliau sudah mencapai puncak bukit agar mati saja di sana. Tetapi setiap kali beliau sudah mencapai puncaknya dan terbesit keinginan untuk terjun dari sana, muncul bayangkan Jibril yang berkata kepada beliau: "Wahai Muhammad, engkau adalah benar-benar Rasul Allah." Dengan begitu hati dan jiwa beliau menjadi tenang kembali. 



Setelah itu beliau pulang kembali. Jika kevakuman wahyu itu berselang lagi, maka beliau melakukan hal yang sama.

Namun selagi sudah tiba dipuncak bukit, tiba-tiba muncul bayangan Jibril dan mengatakan hal yang sama.


(Shahih Al-Bukhari, Kitabut-Ta'bir, bab Awwalu Ma Budi'a Bihi Rasulullahﷺ Minal-Wahyi Ar-Ru'ya Ash-Shalihah, 2/340).



(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri).



Dalam kitab sejarah karangan Ahmad  bin Hambal terdapat riwa­yat  dari Sya'bi yang mengatakan, bahwa masa tidak turunnya wahyu adalah 3 tahun, pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Ishaq. Sedangkan menurut Baihaqi adalah 6 bulan, dan Nabi mendapatkan wahyu lewat mimpi pada bulan kelahirannya yaitu Rabi'ul Awal ketika umur beliau 40 tahun, sedangkan turunnya wahyu dalam keadaan sadar pada bulan Ramadhan.



Bukanlah yang dimaksud dengan terputusnya wahyu selama tiga tahun berarti tidak turunnya malaikat Jibril kepada Muhammad setelah turunnya ayat "Iqra bismirabbika..." sampai turunnya ayat, "Ya Ayyuhal Muddatstsir," melainkan hanya diperlambat turunnya Al Qur'an kepada beliau.



Asy-Sya'bi berkata, 
"Turunnya kenabian kepada Muhammad, ketika beliau berusia 40 tahun yang ditemani oleh malaikat Israfil selama 3 tahun yang mengajari beliau, dan pada saat itu belum turun Al Qur'an kepadanya. Setelah tiga tahun selanjutnya Nabi ditemani oleh Malaikat dan turunlah Al Qur'an selama 20 tahun kepadanya".

Demikianlah sedikit kisah tentang terputusnya wahyu Allah ﷻ kepada Muhammadﷺ semoga artikel saya ini bisa menambah sedikit wawasan kepada para pengunjung di blog ini.

2018-01-18

Gua Hira di Jabal Nur



Postingan saya pada kali ini adalah mengenai tempat dimana Rasulullahﷺ mengasingkan dirinya dari kehidupan masyarakat di Makkah, dan di tempat ini pula saat pertama kalinya pertemuan antara Rasulullahﷺ dan Malaikat Jibril yang diutus Allah untuk menyampaikan wahyu kepada Rasulullahﷺ

Rasulullahﷺ sebelum itu telah membentangkan jarak pemikiran antara diri beliau dan kaumnya. Pada saat usia Rasulullahﷺ hampir mencapai empat puluh tahun, sesuatu yang paling disukai oleh diri beliau adalah mengasingkan diri. Dengan membawa bekal roti dari gandum dan juga air secukupnya, beliau pun pergi ke gua Hira yang terletak di atas Jabal Nur, yang jarak tempuhnya kira-kira dua mil dari Makkah. 

Suatu gua yang tidak terlalu besar yang panjangnya 4 Hasta, dan lebarnya 3/4 hingga 1 Hasta, kadang-kadang keluarga beliau ada pula yang ikut menyertai beliau ke atas Jabal Nur, yaitu gua Hira. Selama bulan Ramadhan beliau berada di dalam gua Hira di Jabal Nur menghabiskan waktunya untuk beribadah, memikirkan keagungan alam di sekitarnya dan kekuatan tak terhingga di balik alam. Rasulullahﷺ tidak pernah merasa puas di saat melihat keyakinan kaumnya yang penuh dengan kemusyrikan dan juga segala bentuk persepsi mereka yang tidak pernah lepas dari tahayul.

Sementara Itu di hadapan beliau juga tidak ada jalan yang jelas dan mempunyai batasan-batasan tertentu, yang bisa menghantarkan kepada keridhaan dan kepuasan di dalam hati beliau.

Pilihan Rasulullahﷺ untuk mengasingkan diri ini adalah termasuk satu sisi dari ketentuan Allah atas diri beliau. Selagi langkah persiapan untuk menerima utusan besar sedang ditunggunya.

Ruh manusia maupun yang realitas kehidupannya disusupi suatu pengaruh dan dibawa ke arah lain, maka ruh itu harus dibuat kosong dan mengasingkan diri untuk beberapa saat, dipisahkan dari berbagai semua kesibukan duniawi dan juga gejolak kehidupan serta kebisingan manusia yang membuatnya sibuk pada urusan-urusan kehidupan.

Allah mengatur dan mempersiapkan kehidupan Rasulullahﷺ untuk mengemban amanat yang benar, mengubah wajah dunia serta meluruskan garis sejarah, dan mengatur pengasingan ini selama tiga tahun bagi Rasulullahﷺ sebelum membebani diri beliau dengan risalah.

Beliau pergi ke gua Hira di atas Jabal Nur untuk mengasingkan dirinya selama jangka waktu sebulan, dengan disertai ruh yang suci sambil mengamati kegaiban yang tersembunyi dibalik alam nyata, hingga tiba saatnya berhubungan dengan kegaiban itu, tatkala Allah memperkenalkannya.

(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri)

Jibril membawa wahyu kepada Muhammadﷺ

Usia Muhammadﷺ genap empat puluh tahun, suatu awal kematangan dan ada yang berpendapat bahwa pada usia inilah para Rasul diangkat menjadi Rasul. Mulai tampak tanda-tanda Nubuwah yang menyembul dari balik kehidupan pada diri Muhammadﷺ.

Di antara tanda-tanda itu adalah mimpi yang hakiki. Selama enam bulan mimpi yang beliau alami itu hanya menyerupai fajar subuh yang menyingsing. Mimpi ini termasuk salah satu bagian dari empat puluh enam bagian dari Nubuwah.

Akhirnya pada bulan Ramadhan pada tahun ketiga dari masa pengasingan di gua Hira, Allah berkehendak untuk melimpahkan rahmat-Nya kepada penghuni bumi, memuliakan Muhammadﷺ dengan Nubuwah dan menurunkan Jibril kepada Muhammadﷺ sambil membawa ayat-ayat Al Qur'an.

Ibnu Hajar berkata,
"Al-Baihaqi mengisahkan bahwa jangka waktu datangnya mimpi itu selama enam bulan. Oleh karena itu permulaan Nubuwah yang ditandai dengan mimpi terjadi pada bulan kelahiran beliau yaitu Rabi'ul Awwal, setelah usia beliau genap empat puluh tahun, sedangkan permulaan wahyu untuk bangkit terjadi pada bulan Ramadhan".
 (lihat Fathul Bari 1/27).

Dari Abu Qutadah, bahwa Rasulullahﷺ pernah di tanya tentang puasa hari Senin, maka beliau menjawab, 
"Pada hari ini aku dilahirkan dan pada hari ini pula turun Wahyu (yang pertama) kepadaku". 

Dalam lafaz lain disebutkan, 

"Itu lah hari aku dilahirkan dan dihari itu pula aku diutus sebagai Rasul atau turun kepadaku wahyu".
(lihat sahih Muslim 1/368, Ahmad 5/299, Al-Baihaqi 4/286-300, Al-Hakim 2/602.)


Hari Senin dari bulan Ramadhan pada tahun itu jatuh pada tanggal tujuh, empat belas, dua puluh satu dan dua puluh delapan. 


Beberapa riwayat yang sahih telah menunjukkan bahwa Lailatul Qadr tidak jatuh kecuali malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan jadi jika kami membandingkan firman Allah, 

إِ نَّآ أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ

"Sesungguhnya Kami menurunkan (Al-Quran) pada kemuliaan/Lailatul Qadr." 
(QS. Al Qadr 97:1).


Dengan riwayat Abu Qutadah bahwa hari diutusnya beliau sebagai Rasul jatuh pada hari Senin, serta berdasarkan penelitian ilmiah tentang jatuhnya hari Senin di bulan Ramadhan pada tahun itu.
Maka jelaslah bagi kami bahwa diutusnya beliau pada tanggal dua puluh satu di bulan Ramadhan."


Aisyah meriwayatkan,
"Awal permulaan wahyu yang datang kepada Rasulullahﷺ ialah berupa mimpi yang hakiki di dalam tidur beliau. Beliau tidak melihat sesuatu di dalam mimpinya melainkan ada sesuatu yang datang menyerupai fajar subuh. Kemudian beliau paling suka mengasingkan diri. Beliau menyendiri di gua Hira, dan beribadah di sana pada malam-malam hari sebelum pulang ke keluarga dan mengambil bekal. Beliau menemui Khadijah dan mengambil bekal seperti biasanya hingga datang kebenaran tatkala beliau sedang berada di gua Hira. Malaikat mendatangi beliau seraya berkata, "Bacalah!"
Berikut ini penuturan beliau, "Aku tidak bisa membaca".
Dia (Malaikat Jibril) memegangku dan memelukku hingga aku merasa sesak. Kemudian melepaskanku seraya berkata lagi, "Bacalah!"
Aku menjawab, "Aku tidak bisa membaca."
Dia memegangiku dan merangkulku hingga ketiga kalinya sampai aku merasa sesak, kemudian melepaskanku lalu berkata:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1 

Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan

2) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah

اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3

Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah

الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4

Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena)

عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
(Surah Al ‘Alaq: 1-5)

Rasulullahﷺ mengulang bacaan ini dengan hati yang bergetar, lalu pulang menemui Khadijah binti Khuwailid seraya bersabda,
"Selimutilah aku, Selimutilah aku..".
Maka beliau diselimuti hingga badan beliau tidak lagi menggigil layaknya terkena demam.
"Apalagi yang terjadi padaku?", Beliau bertanya kepada Khadijah.
Maka dia memberitahukan apa yang baru saja terjadi,
beliau bersabda, "Aku khawatir terhadap keadaan diriku sendiri."

Khadijah berkata, "Tidak, demi Allah, Allah sama sekali tidak akan menghinakanmu, karena engkau suka menyambung tali persaudaraan, ikut membawakan beban orang lain, memberi makan orang yang miskin, menjamu tamu dan menolong orang yang menegakkan kebenaran."

Selanjutnya Khadijah membawa beliau pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman Khadijah. Waraqah adalah seorang Nasrani semasa Jahiliyah. Dia menulis buku dalam bahasa Ibrani dan juga menulis Injil dalam bahasa Ibrani. Dia sudah tua dan buta. 

Khadijah berkata kepada Waraqah,
"Wahai sepupuku, dengarkanlah kisah dari saudaramu (Rasulullahﷺ)".

Waraqah bertanya kepada beliau, 
"Apa yang pernah engkau lihat wahai saudaraku?".

Rasulullahﷺ mengabarkan apa saja yang telah dilihatnya, akhirnya Waraqah berkata,
"Ini adalah Namus yang diturunkan Allah kepada Musa. Andaikan saja aku masih muda pada masa itu. Andaikan saja aku masih hidup tatkala kaummu mengusirmu."

"Benarkah mereka akan mengusirku?", Tanya Rasulullahﷺ

"Benar, tak seorang pun pernah membawa seperti yang engkau bawa melainkan akan dimusuhi. Andaikan aku masih hidup pada masa mu nanti, tentu aku akan membantumu secara sungguh-sungguh."

Waraqah meninggal dunia pada saat-saat turun wahyu.

Ath-Thabari dan Ibnu Hisyam meriwayatkan yang intinya menjelaskan bahwa Rasulullahﷺ pergi meninggalkan gua Hira setelah mendapatkan wahyu, lalu menemui istri beliau dan pulang ke Makkah. Adapun riwayat Ath-Thabari menyebutkan sekilas tentang sebab keluarnya beliau dari gua Hira'. Inilah riwayatnya,

Rasulullahﷺ bersabda,
"Tidak ada makhluk Allah yang paling ku benci selain dari penyair atau orang yang tidak waras. Aku tidak kuat untuk memandang keduanya."
Beliau juga bersabda,
"Yang paling ingin kujahui adalah penyair atau orang tidak waras, sebab orang-orang Quraisy senantiasa berbicara tentang diriku dengan syair itu. Rasanya ingin aku mendaki gunung yang tinggi, lalu menerjunkan diri dari sana agar aku mati saja, sehingga aku bisa istirahat dengan tenang."

Beliau bersabda lagi,
"Maka aku pun pergi dan hendak melakukan hal itu. Namun di tengah gunung, tiba-tiba ku dengar suara yang datangnya dari langit berkata, "Wahai Muhammad, engkau adalah Rasul Allah dan aku Jibril." 
Aku mengongakkan kepala keatas langit, yang ternyata disana ada Jibril dalam rupa seorang laki-laki dengan wajah yang berseri, kedua telapak kakinya menginjak ufuk langit, seraya berkata, "Wahai Muhammad, engkau adalah Rasul Allah dan aku Jibril." 
Aku berdiam diri sambil memandangnya, bingung apa yang hendak ku kerjakan, tidak berani melangkah maju ataupun mundur. Aku memalingkan wajah dari arah yang ditempati Jibril di ufuk langit. Tetapi setiap kali aku memandang arah langit yang lain, disana tetap ada Jibril seperti yang ku lihat. 
Hingga akhirnya Khadijah mengirim beberapa orang untuk mencariku. Bahkan mereka sampai ke Makkah dan kembali lagi menemui Khadijah tanpa hasil, padahal aku tetap berdiri seperti semula di tempatku berdiri. Kemudian Jibril pergi dariku dan aku pun pulang kembali menemui keluargaku. Sesampainya di rumah aku langsung duduk di atas paha Khadijah sambil bersandar kepadanya.
Kemudian aku memberitahukan apa yang telah kulihat. Dia berkata,"Bergembiralah wahai anak pamanku dan teguhkanlah hatimu. Demi diri Khadijah yang ada di Tangan-Nya, aku benar-benar sangat berharap engkau menjadi nabi umat ini."

Setelah itu Khadijah beranjak pergi untuk menemui Waraqah dan mengabarkan kepadanya. Waraqah berkata,

"Maha suci, Maha suci. Demi diri Waraqah yang ada di Tangan-Nya, 
Namus yang besar yang pernah datang kepada Musa kini telah datang kepadanya. Dia adalah benar-benar nabi umat ini. Katakanlah kepadanya, agar dia berteguh hati."


Khadijah pulang lalu mengabarkan apa yang di katakan Waraqah kepadanya. Tatkala Rasulullahﷺ meninggalkan istrinya dan pergi ke Makkah beliau bertemu Waraqah. Setelah mendengar penuturan langsung dari beliau, Waraqah berkata, 
"Demi diriku yang ada di Tangan-Nya, engkau adalah benar-benar nabi umat ini. Nama yang besar telah datang kepadamu, seperti yang pernah datang kepada Musa."

(Diringkas dari Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 1/238.)
(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, hal.62-66.)

2018-01-16

Daya tarik kepribadian Rasulullahﷺ sebelum Nubuwah

Nabi Muhammadﷺ telah menghimpun sekian banyak kelebihan dari berbagai lapisan manusia selama pertumbuhan beliau. Beliau menjadi sosok yang unggul dalam pemikiran yang jitu, pandangan yang lurus, mendapat sanjungan karena kecerdikan, kelurusan pemikiran dan ketepatan dalam mengambil keputusan. Beliau lebih suka diam lama-lama untuk mengamati, memusatkan pikiran dan menggali kebenaran.

Dengan akalnya beliau mengamati keadaan negerinya, Dengan fitrahnya yang suci beliau mengamati lembaran-lembaran kehidupan, keadaan manusia dan berbagai golongan. Beliau merasa risih terhadap Khurafat dan menghindarinya.

Beliau berhubungan dengan manusia, dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dan keadaan mereka. Selagi mendapatkan yang baik, maka beliau mau bersekutu didalamnya. Jika tidak, maka beliau lebih suka dengan kesendiriannya.

Beliau tidak mau meminum khamr, tidak mau makan daging hewan yang disembelih untuk dipersembahkan kepada patung-patung. Bahkan sewaktu kecil beliau senantiasa menghindari jenis-jenis penyembahan yang batil ini. Sehingga tidak ada sesuatu yang lebih beliau benci selain daripada penyembahan kepada patung-patung ini, dan hampir-hampir beliau tidak sanggup menahan kesabaran tatkala mendengar sumpah yang disampaikan kepada "Latta" dan "Uzza".

Tidak diragukan lagi bahwa takdir telah mengelilingi agar beliau senantiasa terpelihara. Jika ada kecenderungan jiwa yang tiba-tiba menggelitik untuk mencicipi sebagian kesenangan dunia atau ingin mengikuti sebagian tradisi yang tidak terpuji, maka pertolongan Allah masuk sebagai pembatas antara diri beliau dan kesenangan atau kecenderungan itu.

Ibnu Atsir meriwayatkan, bahwa Rasulullahﷺ pernah bersabda,
"Tidak pernah terlintas dalam benakku suatu keinginan untuk mengikuti kebiasaan yang dilakukan orang-orang Jahiliyah kecuali hanya dua kali, namun kemudian Allah menjadi penghalang antara diriku dan keinginan itu, setelah itu aku tidak lagi berkeinginan sedikit pun hingga Allah memuliakan aku dengan risalah-Nya."
"Suatu malam aku pernah berkata kepada seorang pemuda yang sedang menggembala kambing bersamaku, karena aku hendak masuk Makkah dan hendak mengobrol disana seperti yang dilakukan pemuda lain."Aku akan melakukannya," kata pemuda rekanku. Maka aku beranjak pergi.
Di samping rumah pertama yang aku lewati di Makkah, aku mendengar suara tabuhan rebana.
"Ada apa ini?", Aku bertanya.
Orang-orang menjawab, "perhelatan pernikahan Fulan dan Fulanah."
Aku ikut duduk-duduk dan mendengarkan, namun Allah menutup telingaku dan aku langsung tertidur, hingga aku terbangun karena sengatan matahari esok harinya.

Aku kembali menemui rekanku dan dia langsung menanyakan keadaanku.
Maka aku mengabarkan apa yang terjadi.
Pada malam lainnya aku berkata seperti itu pula dan berbuat hal yang sama.
Namun lagi-lagi aku mengalami hal yang sama seperti malam sebelumnya. Maka setelah itu aku tidak lagi ingin berbuat hal yang buruk."

(Kesahihan hadist ini di perselisihkan, Al-Hakim menshahihkan dan Ibnu Katsir mendhaifkannya didalam Al-Bidayah wan-Nihayah, 2/287).

Al-Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, dia berkata,
"Tatkala Ka'bah sedang di renovasi. Nabiﷺ ikut bergabung bersama Abbas mengambil batu, lalu Abbas berkata kepada Rasulullahﷺ, "angkatlah jubahmu hingga diatas lutut, agar engkau tidak terluka oleh batu," namun justru karena itu beliau jatuh terjerembab ke tanah, maka beliau menghujamkan pandangan ke langit kemudian bersabda, "Ini gara-gara jubahku, ini gara-gara jubahku." Lalu Rasulullahﷺ mengikatkan jubahnya.
Dalam riwayat lain disebutkan, setelah itu tidak pernah terlihat beliau menampakkan auratnya.
(Karena paha laki-laki dianggap sebagai aurat yang tidak layak diperlihatkan. Shahihul-Bukhari, bab Bunyanil-Ka'bah 1/540).

Keadaan Rasulullahﷺ pernah di gambarkan Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid
"Beliau membawa bebannya sendiri, memberi orang miskin, menjamu tamu dan menolong siapapun yang hendak menegakkan kebenaran". 
(Syahibul Bukhari, 1/3)


(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri)

2018-01-15

Kisah Renovasi Ka'bah dan Nabi Muhammadﷺ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Pada kesempatan kali ini saya akan mengulas sebagian kecil dari kisah mengenai renovasi Ka'bah di jaman Rasullulahﷺ yang kini semakin bertambah banyak orang yang datang untuk melakukan ibadah haji di sana, dan saya berdoa untuk para pembaca di blog ini agar kita semua diberikan kesempatan untuk dapat datang ke Baitullah yang merupakan pusat/kiblat selurut umat Islam di seluruh dunia memenuhi kewajiban rukun Islam yang ke-5. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ

Dari kutipan "Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri hal.57."
Ka'bah pada saat itu berupa susunan batu-batu yang lebih tinggi dari badan manusia. Tepatnya sembilan hasta yang dibangun sejak masa Is'mailعليه السلام tanpa ada atapnya, sehingga banyak pencuri yang suka mengambil barang-barang berharga yang tersimpan didalamnya.
Dengan kondisi seperti itu, bangunan Ka'bah semakin rapuh dan dindingnya pun sudah pecah-pecah.

Dengan keadaan Ka'bah yang seperti inilah maka orang-orang Quraisy sepakat untuk merenovasi Ka'bah, pada saat itu Muhammadﷺ berusia tiga puluh lima tahun. 
Dan lima tahun sebelum masa kenabian.

Makkah dilanda banjir besar hingga meluap ke Baitul-Haram, sehingga sewaktu-waktu bisa membuat Ka'bah runtuh.

Sementara itu, orang-orang Quraisy dihinggapi perasaan bimbang antara merenovasi Ka'bah dan membiarkan seperti adanya. Namun akhirnya mereka sepakat untuk tidak memasukkan bahan-bahan bangunan, kecuali yang baik-baik.

Mereka tidak menerima masukan upah dari pelacur, jual-beli dengan sistem riba dan rampasan terhadap harta orang lain. Sekalipun begitu mereka merasa sangat takut untuk merobohkannya.

Akhirnya Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makhzumi mengawali perobohan bangunan Ka'bah, lalu diikuti semua orang, setelah tahu tidak ada sesuatu apapun yang menimpa Al-Walid. Mereka terus bekerja merobohkan setiap bangunan Ka'bah hingga sampai rukun Ibrahim. Setelah itu mereka siap membangunnya kembali.

Mereka membagi sudut-sudut Ka'bah dan mengkhususkan setiap Kabilah dengan bagiannya sendiri-sendiri. Setiap Kabilah mengumpulkan batu-batu yang baik dan mulai membangun.

Yang bertugas menangani urusan pembangunan Ka'bah ini adalah seorang arsitek kebangsaan Romawi yang bernama Baqum (Pachomius).

Perselisihan saat peletakan Hajar Aswad

Renovasi bangunan Ka'bah sudah sampai pada bagian Hajar Aswad, mereka saling berselisih tentang siapa yang berhak mendapatkan kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ditempatnya semula.

Perselisihan ini terus berlanjut selama empat atau lima hari tanpa ada kesepakatan. Bahkan perselisihan ini semakin meruncing dan hampir saja menjurus kepada pertumpahan darah di tanah suci.

Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi tampil dan menawarkan jalan keluar dari perselisihan diantara mereka, dengan menyerahkan urusan ini kepada siapapun yang pertama kali memasuki pintu masjid (tempat sujud), dan mereka menerima cara itu.
Allah menghendaki orang yang berhak tersebut adalah Rasulullahﷺ. Tatkala mengetahui hal ini, mereka pun berbisik, "inilah Al-Amin, kami ridha kepadanya. Inilah dia Muhammad."

Setelah mereka semua berkumpul disekitar beliau dan mengabarkan apa yang harus beliau lakukan, maka Rasulullahﷺ meminta sehelai selendang, lalu beliau meletakkan Hajar Aswad tepat ditengah-tengah selendang, lalu meminta pemuka-pemuka kabilah yang berselisih itu untuk memegang ujung-ujung selendang, lalu memerintahkan mereka secara bersama-sama mengangkatnya.
Setelah mereka mendekati tempatnya, Rasulullahﷺ mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya ditempat semula.

(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri hal.53)

Berdasarkan sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 12/192-197.

Ka'bah itu berbentuk segiempat yang ketinggiannya mencapai 15m, panjang sisinya di tempat Hajar Aswad dan sebaliknya adalah 10 × 10 m, Hajar Aswad itu sendiri diletakkan dengan ketinggian 1,5m dari permukaan pelataran tempat tawaf. Sisi yang ada pintunya dan sebaliknya setinggi 12m, adapun pintunya setinggi 2m dari permukaan tanah.

Di sekeliling luar Ka'bah ada pagar dari bagian bawah ruas-ruas bangunan dibagian tengahnya dengan ketinggian 1/4m dan lebarnya kira-kira 1/3m.
Pagar ini dinamakan Asy-Syadzarawan. Namun kemudian orang-orang Quraisy meninggalkannya.

Demikianlah sekilas kutipan yang saya postingkan pada kali ini untuk semua pengunjung di blog saya ini. Insya Allah, semoga kita termasuk golongan orang-orang yang di rahmati Allahﷻ dan senantiasa dalam lindungannya.

آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ


وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

2018-01-14

Nabi Muhammadﷺ menikahi Khadijah binti khuwailid


Kisah ini terjadi pada saat beliau telah berusia dua puluh lima tahun. Muhammadﷺ pergi berdagang ke Syam, menjalankan barang dagangan Khadijah,. Ibnu Ishaq menuturkan Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang yang terpandang dan kaya raya.

Dia biasa menyuruh orang-orang menjalankan barang dagangannya, dengan membagi sebagian hasilnya kepada mereka. Sementara orang-orang Quraisy mempunyai hobi berdagang. Tatkala Khadijah mendengar kabar tentang kejujuran perkataan Muhammadﷺ, kredibilitas, dan kemuliaan akhlak beliau. Maka dia pun mengirimkan utusan dan menawarkan kepada Muhammadﷺ agar berangkat ke Syam, untuk menjalankan barang dagangannya. Dia siap memberikan imbalan jauh lebih banyak dari imbaln yang pernah dia berikan kepada pedagang yang lain. Namun Muhammadﷺ harus pergi bersama seorang pembantu yang bernama Maisarah.
Muhammadﷺ menerima tawaran ini, maka beliau berangkat ke Syam untuk berdagang dengan disertai Maisarah.


Setibanya di Makkah dan setelah Khadijah tahu keuntungan dagangannya yang melimpah, yang tidak pernah dilihat sebelumnya, apa lagi setelah pembantunya Maisarah mengabarkan kepada Khadijah atas apa yang di lihatnya pada diri Muhammadﷺ selama menyertainya, bagaimana sifat-sifatnya yang mulia, kecerdikan dan kejujuran beliau, maka seakan-akan Khadijah mendapatkan barangnya yang pernah hilang dan sangat diharapkannya.

Sebenarnya sudah banyak para pemuka dan pemimpin kaum yang ingin menikahinya, namun dia tidak mau. Tiba-tiba saja dia teringat seorang rekannya, Nafisah binti Munyah. Dia meminta agar rekannya ini menemui Muhammadﷺ dan membuka jalan agar mau menikah dengan Khadijah. Ternyata Muhammadﷺ menerima tawaran ini, lalu beliau menemui paman-pamannya, lalu paman-paman beliau menemui paman-paman Khadijah untuk mengajukan lamaran. Setelah semuanya dianggap beres, maka perkawinan siap dilaksanakan.


Yang ikut hadir dalam pelaksanaan akad nikah adalah Bani Hasyim dan para pemuka Bani Mudhar. Hal ini terjadi dua bulan sepulang Muhammadﷺ dari Syam, dan mas kawin beliau adalah dua puluh ekor unta. Usia Khadijah sendiri empat puluh tahun, yang pada masa itu dia merupakan wanita paling terpandang, cantik, pandai dan sekaligus kaya. Dia adalah wanita pertama yang dinikahi Muhammadﷺ. Beliau tidak pernah menikahi wanita lain hingga Khadijah meninggal dunia.



Semua putra-putri beliau, selain Ibrahim yang dilahirkan Mariah Al-Qibthiyah, dilahirkan dari rahim Khadijah.



(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri)

Featured Post

Kisah Perjuangan Rasululahﷺ Dalam Berdakwah