2018-01-14

Kisah Barokah bayi Muhammadﷺ

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم




Salah satu kisah yang terdapat didalam "Sirah Nabawiyah" karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. Adalah Barokah bayi Muhammadﷺ kepada Halimah binti Abu dzu'aib Bani Sa'd.


Inilah penuturan, sebagaimana dikatakan Ibnu Ishaq, bahwa Halimah pernah berkisah, suatu kali dia pergi dari negerinya bersama suami dan anaknya yang masih kecil dan disusuinya, bersama beberapa wanita dari Bani Sa'd.


Tujuan mereka adalah mencari anak yang bisa disusui. Dia berkata
"Itu terjadi pada masa paceklik, tak banyak kekayaan kami yang tersisa". Aku pergi sambil naik keledai betina berwarna putih milik kami dan seekor unta yang sudah tua dan tidak bisa diambil susunya lagi.
Sepanjang jalan kami tidak pernah tidur karena harus meninabobokan bayi kami yang terus-menerus menangis karena kelaparan. Air susuku juga tidak bisa diharapkan. Sekalipun kami tetap masih bisa mengharapkan adanya uluran tangan dan jalan keluar.

Akupun pergi sambil menunggang keledai kami dan hampir tak pernah turun dari punggungnya, sehingga keledai itupun makin lemah kondisinya. 

Akhirnya kami serombongan tiba di Makkah dan kami langsung mencari bayi yang bisa kami susui.

Setiap wanita dari rombongan kami yang ditawarkan Muhammadﷺ  pasti menolaknya, setelah tahu bahwa Nabiﷺ adalah anak yatim. Tidak mengherankan, sebab memang kami mengharapkan imbalan yang cukup memadai dari bapak bayi yang kami akan susui. Kami semua berkata "Dia adalah anak yatim". Tidak ada pilihan bagi ibu dan kakek Muhammadﷺ, karena kami tidak menyukai keadaan seperti itu. Setiap wanita dari rombongan kami sudah mendapatkan bayi yang disusuinya, kecuali aku sendiri. 
Tatkala kami sudah bersiap-siap untuk kembali, aku berkata kepada suamiku, 

"Demi Allah, aku tidak ingin kembali bersama teman-temanku tanpa membawa seorang bayi yang disusui"."Demi Allah, aku akan benar-benar mendatangi anak yatim itu dan akan membawanya"

.Maka aku pun menemui bayi itu (Muhammadﷺ), dan aku siap membawanya. Tatkala menggendongnya seakan-akan aku tidak merasa repot karena mendapat beban yang lain.

Aku segera menghampiri hewan tungganganku, dan tatkala puting susuku kusodorkan kepadanya, bayi itu bisa menyedot air susu sesukanya dan meminumnya hingga kenyang. Anak kandungku sendiri juga bisa menyedot air susunya hingga kenyang, setelah itu keduanya tertidur pulas. Padahal sebelum itu kami tak pernah tidur sepicing pun karena mengurus bayi kami. Suamiku menghampiri ontanya yang sudah tua. Ternyata air susunya menjadi penuh. Maka kami memerahnya, hingga kami bisa meminum air susu unta kami hingga kenyang.

"Demi Allah, tahukah engkau wahai Halimah, engkau telah mengambil satu jiwa yang penuh barakah", kata suamiku pada esok harinya.
"Demi Allah, aku pun berharap yang demikian itu", kataku.

Kemudian kami pun bersiap-siap pergi menunggangi keledaiku. Semua bawaan kami juga kunaikkan bersama diatas punggungnya. Demi Allah, setelah kami menempuh perjalanan sekian jauh, tentulah keledai-keledai mereka tidak akan mampu membawa beban seperti yang aku bebankan diatas punggung keledaiku, sehingga mereka berkata kepadaku, 
"Wahai putri Abu Dzu'aib, celaka engkau! Tunggulah kami! Bukankah ini keledaimu yang pernah engkau bawa bersama kita dulu?"
"Demi Allah, begitulah. Ini adalah keledaiku yang dulu," kataku."Demi Allah, keledaimu ini kini tambah perkasa," kata mereka.
Kami pun tiba di tempat tinggal kami di daerah Bani Sa'd. Aku tidak pernah melihat sepetak tanah pun yang lebih subur saat itu. Domba-domba kami datang menyongsong kami dalam keadaan kenyang dan air susunya penuh terisi. Kami senantiasa mendapatkan tambahan barakah dan kebaikan dari Allah selama dua tahun menyusui anak susuanku, lalu aku menyapihnya. Dia tumbuh dengan baik, tidak seperti bayi-bayi yang lain. Bahkan sebelum usia dua tahun dia sudah tumbuh pesat.

Kemudian kami membawa kembali kepada ibunya, meskipun kami masih berharap agar anak itu tetap berada di tengah-tengah kami, karena kami bisa merasakan barakahnya.
Maka kami menyampaikan niat ini kepada ibunya. Aku berkata, 
"Andaikan saja engkau sudi membiarkan anak ini tetap bersama kami hingga besar. Sebab aku khawatir dia terserang penyakit yang bisa menjalar di Makkah." 
Kami terus merayu ibunya agar dia berkenan mengembalikan anak itu tinggal bersama kami.

Peristiwa pembelahan dada Muhammadﷺ

Muslim meriwayatkan dari Anas, bahwa Muhammadﷺ didatangi Jibril yang pada saat itu sedang bermain-main dengan beberapa anak kecil lainnya. 


Lalu Jibril memegang Muhammadﷺ dan menelentangkannya, lalu membelah dada lalu mengeluarkan hati dan segumpal darah dari dada Muhammadﷺ, seraya berkata, 


"Ini adalah bagian setan yang ada pada dirimu." 


Lalu Jibril mencucinya disebuah baskom dari emas dengan menggunakan air Zamzam. Kemudian menata dan memasukkannya ketempat semula. 


Anak-anak kecil lainnya berlarian mencari ibu susunya dan berkata "Muhammad telah dibunuh." Mereka pun datang menghampiri beliau yang wajahnya semakin berseri.


Peristiwa ini terjadi di saat Muhammadﷺ berusia empat atau lima tahun pada waktu beliau masih tinggal di tengah Bani Sa'd dalam asuhan Halimah binti Abu Dzu'aib.

(begitulah menurut pendapat mayoritas pakar sejarah. 
Menurut riwayat Ibnu Ishaq peristiwa itu terjadi pada usia tiga tahun. 
Lihat Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 1/164-165).

(Sirah Nabawiyah, Sheikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri)

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Kisah Perjuangan Rasululahﷺ Dalam Berdakwah