2018-01-14

Peristiwa penggalian sumur Zamzam

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Penanganan air minum dan makanan sepeninggal Hasyim ada ditangan saudaranya, Al-Muththalib bin Abdul Manaf, seorang laki-laki yang terpandang, dipatuhi dan dihormati ditengah kaumnya, yang dijuluki orang-orang Quraisy dengan sebutan "Al-Fayyadh"(sang dermawan).

Syaiban(Abdul Muthalib) menetap dirumah Al-Muththalib hingga dewasa. Tak lama kemudian Al-Muththalib meninggal dunia di Yaman. Maka Abdul Muthalib menggantikan kedudukannya, seperti yang dilakukan oleh bapak-bapaknya terdahulu.
Namun Naufal (paman dari Abdul Muthalib), mengadakan perjanjian persahabatan dengan Bani Abdi Syam bin Abdi Manaf untuk menghadapi Bani Hasyim. Bani khuza'ah yang melihat dukungan Bani An-Najjar terhadap Abdul Muthalib, maka mereka berkata "Kami juga melahirkannya sebagaimana kalian telah melahirkannya. Oleh karena itu kami juga berhak mendukungnya". Hal ini bisa dimaklumi, karena ibu Abdi Manaf berasal dari keturunan mereka.

Maka mereka memasuki Darun Nadwah dan mengikat perjanjian dengan Bani Hasyim untuk menghadapi Bani Abdi Syam yang sudah bersekutu dengan Naufal. Perjanjian persahabatan inilah yang menjadi sebab penaklukkan Makkah.

Peristiwa penggalian sumur Zamzam

Pada awal mulanya Abdul Muthalib bermimpi diminta untuk menggali sumur zamzam dan mencari tempatnya. Maka diapun melaksanakan perintah itu, dan ternyata didalamnya dia mendapatkan berbagai benda berharga yang dahulu pernah dipendam orang-orang Jurhum tatkala sedang berkuasa.

Benda-benda itu berupa beberapa buah pedang, baju perang, dan dua pangkal pelana, yang semuanya terbuat dari emas. Kemudian dia (Abdul Muthalib) menjadikan pedang-pedang itu sebagai pintu Ka'bah dan memasang dua pangkal pelana di pintu itu.

Tatkala sumur zamzam itu ditemukan kembali, maka orang-orang Quraisy ingin ikut campur tangan menanganinya. Mereka berkata "Kami ingin bersekutu".
"Tidak bisa, ini adalah urusan yang secara khusus ada di tanganku", kata Abdul Muthalib. Kecuali setelah menyerahkan keputusan kepada seorang dukun wanita dari Bani Sa'd. Mereka tidak akan pulang kecuali setelah Allah memberinya sepuluh anak laki-laki, dan setelah mereka besar dia tidak lagi mempunyai anak, maka dia akan mengorbankan (menyembelih) salah seorang diantara mereka di hadapan Ka'bah.

Abdul Muthalib memiliki sepuluh anak laki-laki, :
Al-Harits, Az-Zubair, Abu Thalib, Abdullah, Hamzah, Abu lahb, Al-Ghaidaq, Al Muqawwim, Shaffar, dan Al-Abbas.
Ada yang berpendapat anaknya ada sebelas, yaitu ditambah Qatsam.
Ada pula yang berpendapat anaknya ada tiga belas, yaitu Abdul Ka'bah dan Hajjla.
Ada pula yang berpendapat Abdul Ka'bah adalah Al-Muqawwim, dan Hajjla adalah Al-Ghaidaq, sementara itu tak ada seorangpun diantara anak-anaknya yang bernama Qatsam.

Sedangkan anak perempuannya ada enam orang :
Ummul-Hakim atau Al-Baidha, Barrah, Atikah, Shafiyyah, Arwa dan Umaimah.

(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri)

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Kisah Perjuangan Rasululahﷺ Dalam Berdakwah